Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Belanda menjadi negara asing pertama yang akan mempersenjatai helikopter AH-64 Apache mereka dengan rudal AGM-179A Joint Air-to-Ground Missile (JAGM) buatan AS.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyetujui penjualan potensial ini pada 12 Juni 2025, mencakup 296 rudal JAGM dan perlengkapan pendukung lainnya, sebagaimana diumumkan oleh Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan (DSCA).
Mengutip, Armyrecognition, Sabtu (14/6/2025), penjualan senilai US$ 215 juta ini mencerminkan komitmen Washington dalam memperkuat pertahanan sayap selatan NATO serta meningkatkan interoperabilitas antar sekutu dalam operasi serangan presisi udara-ke-darat.
Baca Juga: Malaysia Jadi Negara Pertama di Dunia Terima Pembayaran Zakat Menggunakan Kripto
Rudal-rudal tersebut dirancang khusus untuk helikopter AH-64 Apache milik Angkatan Udara Kerajaan Belanda, sekaligus menjadi bagian dari program modernisasi militer Belanda yang lebih luas.
Langkah ini mempertegas posisi Belanda sebagai mitra NATO yang andal dalam lanskap keamanan Eropa yang semakin menantang.
AGM-179A JAGM merupakan rudal berpemandu presisi canggih buatan Lockheed Martin. Sistem ini menggabungkan teknologi pemandu laser semi-aktif dan radar gelombang milimeter, yang memungkinkan rudal mengenai target tetap maupun bergerak dalam segala kondisi cuaca.
Rudal ini menggantikan AGM-114 Hellfire generasi sebelumnya, dengan panjang 70 inci, bobot 108 pon, dan hulu ledak multiguna untuk misi anti-lapis baja, anti-struktur, dan anti-personel.
Dengan jangkauan hingga 8 kilometer, JAGM kompatibel dengan berbagai platform udara seperti AH-64 Apache dan AH-1Z Viper.
Baca Juga: Indonesia Harus Cetak Banyak Perusahaan Besar Agar Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi
Selain rudal operasional, Belanda juga akan menerima rudal latihan (CATM), suku cadang, perlengkapan penanganan, pelatihan, serta dukungan teknis dari program Tactical Aviation Ground Munition (TAGM) Angkatan Darat AS. Hal ini menjamin integrasi penuh rudal ke dalam operasi militer Belanda.
Program JAGM awalnya merupakan proyek gabungan Angkatan Darat dan Korps Marinir AS untuk menyatukan kebutuhan rudal udara-ke-darat di bawah satu sistem modular.
Setelah melalui uji coba bertahun-tahun, JAGM mencapai kemampuan operasional awal bersama helikopter Apache AH-64E Angkatan Darat AS dan kini memasuki tahap produksi massal.
Belanda menjadi salah satu mitra internasional pertama yang diberikan akses terhadap sistem ini, mencerminkan kepercayaan terhadap kesiapan tempur dan interoperabilitas militernya.
Keunggulan utama JAGM terletak pada pencari mode gandanya yang memberikan fleksibilitas dalam penargetan dinamis serta akurasi lebih tinggi terhadap berbagai jenis ancaman.
Berbeda dengan Hellfire yang hanya mengandalkan panduan laser, JAGM lebih tahan terhadap gangguan cuaca dan sistem pengacau musuh. Selain itu, rudal ini kompatibel dengan peluncur Hellfire yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan biaya peralihan yang besar.
Baca Juga: Masih Banyak Pengemplang Pajak, DEN: Indonesia Sulit Jadi Negara Modern
Dibandingkan dengan sistem serupa seperti Spike buatan Israel atau Brimstone dari Eropa, JAGM menawarkan integrasi yang lebih mulus dengan platform Amerika serta kemampuan menghadapi banyak target secara bersamaan.
Potensinya untuk diluncurkan dari darat juga memberikan nilai taktis tambahan yang tidak dimiliki banyak pesaingnya.
Secara strategis, penjualan rudal ini memperkuat kemampuan kolektif NATO dalam menghadapi ancaman dari udara dan kendaraan lapis baja yang kian kompleks di wilayah Eropa.
Bagi Belanda, rudal ini meningkatkan kemampuan respons cepat terhadap krisis sambil tetap sejalan dengan doktrin militer AS dan sekutu. Langkah ini juga menegaskan strategi AS dalam memberdayakan negara mitra untuk menggunakan amunisi presisi yang kompatibel dengan sistem Amerika, guna mendukung operasi gabungan di kawasan.
Baca Juga: Masih Banyak Pengemplang Pajak, DEN Sebut Indonesia Sulit Jadi Negara Modern
Meski transaksi ini masih menunggu persetujuan Kongres AS, kesepakatan tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan tinggi dalam hubungan pertahanan AS-Belanda.
Lockheed Martin ditetapkan sebagai kontraktor utama, dan meskipun belum ada pengaturan offset, Belanda diyakini memiliki kapasitas teknis dan logistik untuk mengoperasikan sistem ini secara efektif.
Penerjunan serta pelatihan akan melibatkan dukungan dari personel dan kontraktor AS, dengan tinjauan program dijadwalkan setiap tahun.