kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berseteru dengan Beijing, Filipina ancam akan minta bantuan AS untuk hadapi China


Jumat, 09 April 2021 / 06:15 WIB
Berseteru dengan Beijing, Filipina ancam akan minta bantuan AS untuk hadapi China
ILUSTRASI. Filipina mengatakan pada Kamis (8/4/2021), pihaknya dapat meminta bantuan Amerika Serikat, karena memiliki perjanjian pertahanan bersama. Dok: Armada Ketujuh AS.


Sumber: Associate Press,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MANILA. Departemen Pertahanan Filipina mengatakan pada Kamis (8/4/2021), pihaknya dapat meminta bantuan Amerika Serikat, karena memiliki perjanjian pertahanan bersama, untuk melindungi kepentingannya di Laut China Selatan.

Hal ini diungkapkan seiring adanya ancaman terselubung di tengah meningkatnya permusuhan dengan China atas karang yang diperebutkan di kawasan tersebut.

Melansir AP, Pemerintah Filipina telah menuntut agar ratusan kapal China yang diduga dioperasikan oleh milisi untuk segera meninggalkan Whitsun Reef, yang diklaim Manila, di wilayah perairan Spratly yang paling diperebutkan. Sedangkan China bersikeras bahwa mereka memiliki wilayah terumbu karang tersebut dan kapal-kapal China berlindung dari laut yang ganas.

Militer Filipina telah mengerahkan penjaga pantai dan patroli angkatan laut di dekat daerah tersebut, menerbangkan pesawat pengintai dan merilis gambar kapal-kapal China, banyak dari mereka tersusun berdampingan saat ditambatkan di terumbu, yang disebut Manila sebagai Julian Felipe. Kebuntuan atas sengketa tersebut telah memicu perdebatan panas antara Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dan Kedutaan Besar China di Manila.

Baca Juga: China: Haruskah kapal perang kami pergi ke Teluk Meksiko untuk menunjukkan kekuatan?

"Ketika situasi di Laut Filipina Barat berkembang, kami tetap membuka semua opsi kami dalam mengelola situasi, termasuk memanfaatkan kemitraan kami dengan negara lain seperti Amerika Serikat," kata juru bicara Departemen Pertahanan Nasional Arsenio Andolong dalam sebuah pernyataan, menggunakan Nama Filipina untuk Laut China Selatan.

Dia menambahkan, "Kami akan terus melakukan pembicaraan dengan AS tentang masalah pertahanan bersama. Kedua belah pihak berkomitmen untuk menjalankan kewajiban mereka berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama sehingga tidak ada yang berdiri sendiri dalam masalah yang melibatkan hak pertahanan diri inheren kedua negara ini.”

Baca Juga: Kian Panas! Pesawat nirawak China masuk zona terlarang, Taiwan siap menembak jatuh

Amerika Serikat mengatakan akan mendukung Filipina di tengah perselisihan dan menuduh China menggunakan milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain.

Mengutip AP, Andolong menyambut baik pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, yang menegaskan kembali bahwa serangan bersenjata terhadap pasukan militer Filipina, kapal umum atau pesawat di Pasifik, termasuk di Laut China Selatan, akan mendorong kewajiban AS di bawah perjanjian sekutu tahun 1951. Perjanjian itu menyatakan bahwa kedua negara akan saling mendukung jika diserang oleh negara lain di wilayah tersebut.

Namun, meminta perjanjian itu bisa menjadi langkah yang rumit dan dapat dihentikan oleh lawan dari kedua sisi, termasuk oleh anggota parlemen AS.

Kedutaan Besar China mengatakan "sangat normal" bagi kapal penangkap ikan China untuk menangkap ikan dan berlindung di Whitsun, yang disebut Niu'e Jiao. "Tidak ada yang berhak membuat pernyataan ceroboh tentang kegiatan seperti itu," katanya.

Baca Juga: AS beri peringatan China yang makin agresif terhadap Filipina & Taiwan, siap perang?

Di tengah kebuntuan, Andolong mengatakan Filipina akan melindungi dan membela kepentingan nasionalnya sambil menegakkan keamanan dan stabilitas di kawasan melalui pendekatan damai dan berbasis aturan.

Filipina telah mengajukan protes diplomatik, mengatakan terumbu karang, yang terletak sekitar 175 mil laut (324 kilometer) barat provinsi Palawan Filipina, berada dalam zona lepas pantai yang diakui secara internasional di mana ia memiliki hak eksklusif untuk mengeksploitasi perikanan, minyak, gas, dan sumber daya lainnya.

"Untuk setiap hari penundaan, Republik Filipina akan mengajukan protes diplomatik," kata Departemen Luar Negeri di Manila.

Baca Juga: China kirim belasan jet tempur, Taiwan akan lawan sampai akhir jika pecah perang

Sebelumnya, melansir Reuters, Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Selasa (6/4) berkomitmen untuk secara damai menyelesaikan perselisihan diplomatik dengan China atas Laut China Selatan yang disengketakan.

"Kami akan terus menyelesaikan masalah di Julian Felipe Reef melalui saluran diplomatik dan melalui cara-cara damai," kata Duterte dalam pernyataan yang dibacakan oleh juru bicaranya Harry Roque, seperti dikutip Reuters.

Selanjutnya: Konflik dengan China di Laut China Selatan, Filipina melunak pilih cara-cara damai




TERBARU

[X]
×