Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tri Adi
Jalan Alakija dalam membangun bisnisnya sangat berliku, penuh onak dan duri. Kegagalan demi kegagalan sudah lebih dulu dia rasakan sebelum akhirnya bisa mendapatkan lisensi untuk eksplorasi ladang minyak lepas pantai. Pergantian rezim dari kudeta militer yang satu ke militer yang lain menjadi hambatan awal dalam memulai bisnisnya. Bahkan setelah bisnis berjalan, pemerintah menjadi lawannya. Namun berkat kegigihannya, dia mampu menggapai sukses.
Sukses menjadi salah satu wanita terkaya di Afrika, jalan yang ditempuh Folorunsho Alakija tidaklah mudah. Dia mampu membukukan total kekayaan sebesar US$ 1,5 miliar tahun 2018 lewat kegigihannya yang luar biasa.
Jiwa bisnis Alakija sudah ada sejak kecil. Wanita kelahiran 15 Juli 1951 ini berasal dari latar belakang keluarga pedagang. Ayahnya penganut paham poligami dan memiliki delapan istri dengan 52 anak.
Dia terbiasa melihat orangtuanya berdagang. Dia terbiasa dengan tekstil, warna, pola dan merchandise. Pengalaman itu yang membuatnya tertarik berbisnis yang diawali dari fesyen.
Awal terjun ke bisnis eksplorasi minyak, bermula ketika Alakija melakukan penerbangan ke Inggris saat bisnis fesyennya tengah berjaya. Di perjalanan, ibu dari empat anak ini bertemu dengan temannya dan menawarkan ke Alakija untuk bermitra mengambil minyak mentah dari Nigeria.
Membuka diri, Alakija kemudian menemui Menteri Perminyakan di negaranya. Namun, niatnya ditolak karena pemerintah Nigeria ingin membatasi investor asing dalam lifting minyak mentah. Akhirnya rencana bermitra dengan temannya kandas.
Keinginan Alakija membangun bisnis baru tidak sirna. Dia mencoba menghubungi klien fesyennya yakni istri Ibrahim Babaginda, mantan presiden Nigeria membantunya bertemu lagi dengan Menteri Perminyakan dan menawarkan layanan lain di industri minyak seperti katering. Lagi-lagi, proposal ditolak.