Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Selama lebih dari satu tahun, dua negara ekonomi terbesar di dunia itu telah saling perang tarif dagang senilai miliaran dolar satu sama lain. Ini telah mengganggu rantai pasokan global dan mengguncang pasar keuangan.
Trump dan Presiden Cina Xi Jinping setuju pada KTT G20 bulan lalu di Osaka, Jepang untuk memulai kembali perundingan perdagangan yang macet pada Mei 2019 setelah Washington menuduh Beijing mengingkari bagian-bagian utama dari rancangan perjanjian.
Baca Juga: China siap perang, ini asal muasal konflik AS dan China di Selat Taiwan
Trump mengatakan setelah pertemuan Osaka bahwa AS tidak akan mengenakan tarif baru pada US$ 300 miliar impor barang dari China dan akan meringankan beberapa pembatasan bagi Huawei jika Cina setuju melakukan pembelian produk pertanian AS.
Sejak itu, China memberi isyarat bahwa China akan mengizinkan perusahaan China melakukan pembelian untuk barang pertanian AS. Sebaliknya AS akan mendorong perusahaan AS mengajukan keringanan terhadap larangan keamanan nasional atas penjualan ke Huawei.
Baca Juga: Pasca pertemuan Trump dan Xi di Osaka, jutaan ton kedelai AS masuk ke China
Namun hingga kini, tidak ada pihak yang menerapkan langkah-langkah yang dimaksudkan untuk menunjukkan niat baik mereka. Hal itu menjadi pertanda buruk bagi peluang kedua negara untuk menyelesaikan masalah inti dalam sengketa perdagangan, seperti keluhan AS soal subsidi dari China, pemaksaan transfer teknologi dan pelanggaran kekayaan intelektual.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, Jumat (26/7) mengatakan, AS tidak akan mengharapkan kesepakatan besar pada pertemuan di Shanghai tersebut dan para negosiator akan mencoba "mengatur ulang panggung" untuk membawa pembicaraan kembali ke arah sebelumnya.
"Kami mengantisipasi, kami sangat berharap China untuk menindaklanjuti goodwill dan membantu neraca perdagangan dengan pembelian besar-besaran layanan dan produk pertanian AS," kata Kudlow seperti dikutip Reuters.