kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.122.000   32.000   1,53%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Biaya Visa Baru Amerika Serikat Dikenai Rp 1,6 Miliar, Perusahaan Ini Kalang Kabut


Minggu, 21 September 2025 / 22:27 WIB
Biaya Visa Baru Amerika Serikat Dikenai Rp 1,6 Miliar, Perusahaan Ini Kalang Kabut
ILUSTRASI. Passengers arrive at O'Hare airport in Chicago, Illinois, U.S. February 4, 2017. REUTERS/Kamil Krzaczynski


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) mengumumkan kebijakan baru atas biaya aplikasi visa H-1B sebesar US$ 100.000, setara dengan Rp 1,6 miliar. Visa ini biasanya digunakan untuk pekerja perusahaan teknologi, keuangan, dan sektor lain di AS. Kebijakan ini membuat perusahaan kalang kabut dan memperingatkan karyawan pemegang visa H-1B untuk tidak bepergian ke luar negeri sampai situasi jelas.

Lawrence seharusnya pindah dari Inggris ke Bay Area, Amerika Serikat (AS), pada Senin (22/9) untuk memulai pekerjaan baru di bidang rekayasa. Tapi rencana tersebut harus batal karena Gedung Putih, dikutip Bloomberg, mengumumkan biaya aplikasi sebesar 
US$ 100.000 untuk program visa H-1B. Padahal Lawrence telah menjual mobil, menyewakan rumah, dan mengucapkan selamat tinggal ke keluarga dan temannya.

Seorang karyawan Google juga harus membatalkan perjalanan ke Tokyo untuk mengunjungi keluarganya pasca pengumuman Trump. Visa H-1B biasanya digunakan oleh sektor teknologi untuk merekrut tenaga kerja terampil dari luar negeri.

Baca Juga: Masyarakat China Kembali Melirik Pasar Saham

Sejumlah perusahaan teknologi besar seperti Microsoft, Google, Amazon, dan lainnya sejak Sabtu waktu AS memperingatkan karyawan pemegang visa H-1B untuk membatalkan rencana perjalanan internasional dan segera kembali ke AS. Kebijakan ini sejalan dengan kebijakan visa H-1B yang mulai berlaku pada Minggu (21/9).

Namun, pada Sabtu siang, pejabat Gedung Putih mengklarifikasi biaya baru tersebut hanya untuk aplikasi visa baru, bukan pemegang visa yang sudah ada atau perpanjangan visa. Klarifikasi ini ditegaskan lewat platform X yang menyatakan, "Pengumuman  ini tak memengaruhi kemampuan pemegang visa saat ini untuk bepergian ke/dari Amerika Serikat."

Meski demikian, ketidakpastian penerapan dan penegakan kebijakan ini memicu kekhawatiran di kalangan perusahaan dan para pengacara imigrasi. Rakhel Milstein, pendiri dan pengacara imigrasi Milstein Law Group, mengaku menghabiskan malam untuk menangani panggilan klien.

Sejumlah pemegang visa menyatakan kebijakan ini sangat mengganggu dan menimbulkan tekanan emosional. Amazon juga memperingatkan pemegang visa H-4, yaitu visa untuk pasangan dan tanggungan dari pemegang H-1B, untuk tetap berada di AS demi menghindari risiko. 

Visa H-1B, selain banyak digunakan perusahaan teknologi, juga banyak digunakan untuk perusahaan keuangan dan firma konsultan. Pemegang H-1B terbanyak antara lain Amazon, Tata Consultancy Services, Microsoft, Meta,, Apple. JPMorgan Chase dan Walmart. Tiap tahun, pemberi kerja mengajukan visa H-1B pada Maret untuk mengikuti sistem lotre di April, dengan kuota 65.000 visa ditambah 20.000 untuk lulusan S2 dari AS. 

Tahun 2025, ada lebih dari 470.000 aplikasi yang diajukan, dan pemegang visa yang disetujui dapat mulai bekerja mulai 1 Oktober.  Kebijakan ini menurut Trump untuk memperkuat proses seleksi dan menghindari penyalahgunaan visa. Trump mengklaim ini akan menyenangkan bagi perusahaan karena bisa mempertahankan pekerja produktif meski dengan biaya tinggi. 

Selanjutnya: Inggris, Kanada, dan Australia Akui Palestina, Tantang Sikap Israel-AS

Menarik Dibaca: 5 Tanaman Pembawa Sial yang Harus Disingkirkan dari Rumah, Ada Mawar!


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×