Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) dan China telah mencapai kesepakatan awal terkait masa depan operasional TikTok di AS. Ini mencegah pemblokiran aplikasi populer tersebut, yang memiliki 170 juta pengguna di AS.
Dalam kesepakatan tersebut, perusahaan induk TikTok asal China, ByteDance, akan diizinkan memilih satu dari tujuh anggota dewan direksi untuk entitas baru yang akan mengelola TikTok di AS. Enam kursi lainnya akan diisi oleh warga negara AS.
Kesepakatan ini muncul setelah negosiasi intensif antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia, yang sedang berusaha meredakan ketegangan dalam hubungan dagang. Langkah ini dianggap terobosan langka di tengah ketegangan geopolitik.
Baca Juga: Masyarakat China Kembali Melirik Pasar Saham
Menurut pejabat Gedung Putih, seperti dikutip Reuters, entitas baru yang akan mengelola TikTok di AS akan mayoritas dimiliki investor AS dan dikelola dalam negeri oleh dewan direksi yang memiliki kredensial di bidang keamanan nasional dan siber.
ByteDance akan memiliki kurang dari 20% saham di entitas baru tersebut. Investor di ByteDance saat ini mencakup Susquehanna International Group, General Atlantic, dan KKR.
Tak hanya itu, semua data pengguna AS akan disimpan di infrastruktur cloud milik perusahaan AS, Oracle, yang akan mengelola data secara penuh dan terpisah dari ByteDance. Hal yang krusial dalam kesepakatan ini adalah soal algoritma rekomendasi konten TikTok. Pemerintah AS telah lama memperingatkan algoritma ini dapat digunakan untuk menyebarkan propaganda opini publik Amerika.
Tapi TikTok tetap akan memungkinkan pengguna AS berinteraksi dengan konten dari seluruh dunia dengan jaminan sistem rekomendasi dikendalikan sepenuhnya dari dalam negeri.
"Kita tidak bisa membiarkan China terus mengakses data pribadi warga Amerika. Kami juga tidak bisa membiarkan Trump menyerahkan TikTok ke kolega teknologinya," kata Frank Pallone, Anggota DPR dari Partai Demokrat.