Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pada Rabu (7/8/2024), Presiden AS Joe Biden melakukan wawancara pertamanya sejak mengundurkan diri dari kandidat Pemilihan Presiden AS, bersama Robert Costa dari CBS News Sunday Morning di Gedung Putih.
Melansir Yahoo News, dalam wawancara yang ditayangkan pada hari Minggu (11/8/2024), Biden berbagi mengenai prestasi, tantangan yang dihadapinya selama menjabat, dan keyakinannya kepada Harris untuk meneruskan tongkat estafet pemerintahannya.
Pada saat yang sama, ia menggarisbawahi taruhan tinggi pemilihan 2024, dengan menyatakan bahwa ia "sama sekali tidak yakin" akan terjadinya pengalihan kekuasaan secara damai jika mantan Presiden Donald Trump kalah dalam pemilihan dari Harris pada bulan November.
"Ia bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya," kata Biden tentang Trump.
Biden menambahkan, "Semua hal tentang, 'Jika kita kalah, akan terjadi pertumpahan darah. Ini pasti pemilu yang dicurangi.'"
Biden juga bilang bahwa, jika Trump menang, dia akan menimbulkan bahaya nyata bagi keamanan Amerika.
Sebagai presiden, Biden umumnya menghindari mengadakan konferensi pers dan berpartisipasi dalam wawancara langsung.
Baca Juga: Beda dengan Donald Trump, Kamala Harris Tidak Akan Intervensi The Fed
Namun, setelah debat presiden pertamanya dengan Trump pada bulan Juni, Biden memberikan dua wawancara panjang dengan George Stephanopoulos dari ABC dan Lester Holt dari NBC, di mana dia menghadapi pertanyaan sulit tentang kekuatan pencalonannya.
Biden akhirnya mengumumkan keputusannya untuk mundur dari pencalonan pada 21 Juli 2024.
Dalam wawancara terbarunya dengan CBS, Biden memberikan refleksi lebih lanjut tentang keputusannya untuk mundur sambil membahas perannya dalam sisa lima bulan masa jabatannya sebagai presiden yang sedang menjabat dan mendukung pengganti yang dipilihnya, Harris.
Alasan mengundurkan diri
Biden mengatakan, keputusannya untuk mengundurkan diri dari pencalonan presiden 2024, sebagian, karena tekanan yang dia hadapi dari rekan-rekan Demokratnya.
"Jajak pendapat yang kami lakukan menunjukkan bahwa itu adalah persaingan yang ketat, akan sangat ketat," katanya.
“Namun yang terjadi adalah, sejumlah kolega Demokrat saya di DPR dan Senat mengira saya akan merugikan mereka dalam pemilihan. Dan saya khawatir jika saya tetap dalam pemilihan, itu akan menjadi topik pembicaraan. Anda akan mewawancarai saya tentang 'Mengapa Nancy Pelosi mengatakan …' 'Mengapa si anu …' Dan saya pikir itu akan benar-benar mengalihkan perhatian, itu alasan nomor satu," jelasnya.
Baca Juga: Israel Setuju Melanjutkan Perundingan Gencatan Senjata di Gaza Minggu Depan
Alasan nomor dua, lanjut Biden, ketika dirinya mencalonkan diri pertama kali, dia menganggap dirinya sebagai presiden transisi.
“Saya bahkan tidak bisa mengatakan berapa usia saya. Sulit bagi saya untuk mengatakannya. Namun, keadaan berubah begitu cepat, itu tidak terjadi.”
Mengenai Kesehatan Biden
Saat membahas usianya, dan penampilannya yang buruk dalam debat pada 27 Juni, Biden menegaskan tidak pernah ada masalah serius tentang kesehatannya.
“Yang bisa saya katakan adalah perhatikan. Lihat, saya mengalami hari yang sangat, sangat buruk dalam debat itu karena saya sakit. Namun, saya tidak punya masalah serius,” katanya tentang mereka yang mengkritik mengenai masalah kesehatannya.
Pendapat Biden mengenai Harris dan Walz
Biden mengatakan bahwa ia sering berbicara dengan Harris, dan menyebut calon wakil presiden yang baru diumumkan, Gubernur Minnesota Tim Walz, sebagai "pria hebat."
"Seperti yang kita katakan, jika kita tumbuh di lingkungan yang sama, kita akan menjadi teman," kata Biden tentang Walz.
"Ia nyata. Ia cerdas. Saya telah mengenalnya selama beberapa dekade. Saya pikir mereka adalah tim yang luar biasa," tambah Biden.
Biden mengatakan bahwa ia berencana berkampanye untuk Harris, dengan mencatat bahwa ia dan Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro sedang menyusun tur kampanye di Pennsylvania.
"Saya akan berkampanye di negara bagian lain juga," katanya. "Saya akan melakukan apa pun yang menurut Kamala dapat saya lakukan untuk membantu mengumpulkan lebih banyak orang."
Baca Juga: Donald Trump Menyatakan Siap Hadapi Lebih Banyak Debat Capres
Gencatan senjata Israel-Hamas masih memungkinkan
Biden mengatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas "masih mungkin" terjadi. Hal ini mengacu pada rencana tiga fase yang diusulkannya pada bulan Juni yang akan segera diwujudkannya.
“Rencana yang saya susun, yang didukung oleh G7, didukung oleh Dewan Keamanan PBB, dan sebagainya, masih bisa dilaksanakan,” katanya kepada Costa.
Biden menambahkan, “Saya bekerja keras setiap hari, dan seluruh tim saya, untuk memastikan bahwa hal ini tidak meningkat menjadi perang regional — tetapi hal ini dapat dengan mudah terjadi.”
Rencana Biden menekan para pemimpin di kedua belah pihak dalam konflik Israel-Palestina untuk mencapai kesepakatan dengan rencana gencatan senjata tiga tahap yang mencakup gencatan senjata selama enam minggu; penarikan penuh militer Israel dari Gaza dengan imbalan pembebasan semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara pria; dan rekonstruksi besar-besaran kota-kota Gaza yang hancur akibat perang.