Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dalam postingan blog bertajuk "Era AI telah dimulai" pada bulan Maret, Gates menyampaikan keyakinannya terhadap potensi perangkat lunak berbasis AI untuk merevolusi pendidikan.
Dia memuji penciptaan ChatGPT sebagai pameran teknologi yang inovatif.
Terinspirasi oleh pertemuan pertamanya dengan model GPT, Gates telah memikirkan potensi AI selama dekade berikutnya. Ia mengatakan bahwa alat-alat yang digerakkan oleh AI ini harus dapat diakses oleh negara-negara berpenghasilan rendah dan komunitas yang terpinggirkan.
Gates bukan satu-satunya
Gates bukanlah pemimpin teknologi pertama yang memperkirakan bahwa orang tidak perlu bekerja lebih dari lima hari dalam seminggu untuk mencari nafkah berkat AI.
Mengutip Fortune, CEO JPMorgan Jamie Dimon baru-baru ini menyatakan bahwa generasi pekerja berikutnya hanya akan memiliki waktu kerja 3,5 hari dalam seminggu dan "akan hidup hingga 100 hari" berkat teknologi.
Bahkan pemilik Tesla dan X, Elon Musk berpikir bahwa AI akan menghilangkan kebutuhan untuk bekerja dan menciptakan “penghasilan tinggi yang universal”.
Baca Juga: 4 Gagasan Kontroversial Robert Kiyosaki, Belajar Bukan di Sekolah
“Anda bisa mempunyai pekerjaan jika Anda ingin memilikinya untuk kesenangan pribadi. Tapi AI bisa melakukan segalanya,” kata Musk kepada Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak di KTT Keamanan AI Inggris.
Pada saat yang sama, bank investasi Goldman Sachs memperkirakan bahwa AI dapat menggantikan 300 juta pekerjaan penuh waktu secara global di tahun-tahun mendatang.
Sementara itu, CEO IBM Arvind Krishna memperkirakan “pekerjaan kerah putih yang berulang” akan diotomatisasi terlebih dahulu. Namun ia menambahkan bahwa hal itu tidak berarti manusia akan kehilangan pekerjaan.