Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara teoritis bisa memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian. Namun tidak untuk tahun 2025, setidaknya bukan berdasarkan pencalonan terbaru dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Trump Memenuhi Syarat
Trump adalah kandidat yang memenuhi syarat. Sesuai wasiat Alfred Nobel, penghargaan ini dapat diberikan kepada siapa pun yang masih hidup atau lembaga aktif yang telah memberikan kontribusi besar dalam menciptakan perdamaian antarbangsa, mengurangi militerisme, dan mendorong dialog damai.
Baca Juga: Perang Dagang Babak Baru: Trump Umumkan Tarif 50% Tembaga, Targetkan 14 Negara
Sudah Pernah Dinominasikan
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengajukan Trump sebagai kandidat Nobel Perdamaian karena upayanya memediasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza.
Dalam suratnya kepada Komite Nobel, Netanyahu menyebut Trump menunjukkan "dedikasi luar biasa dalam mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas global."
Sebelumnya, pemerintah Pakistan juga sempat menyatakan akan mencalonkan Trump karena perannya dalam meredakan ketegangan antara India dan Pakistan.
Baca Juga: Harga Tembaga Turun Usai Trump Umumkan Tarif Impor 50%
Namun demikian:
Terlambat untuk Nobel 2025
Nominasi Nobel Perdamaian ditutup setiap bulan Januari. Surat pencalonan Netanyahu dikirim pada Juli 2025, sehingga tidak bisa dipertimbangkan untuk penghargaan tahun ini.
Nominasi tersebut baru bisa masuk dalam seleksi Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2026, kecuali Trump sudah diajukan oleh pihak lain sebelum batas waktu Januari.
Siapa yang Memutuskan?
Pemenang Nobel Perdamaian dipilih oleh Komite Nobel Norwegia, yang terdiri dari lima orang anggota yang ditunjuk oleh Parlemen Norwegia. Meski mereka mengedepankan keputusan bulat, keputusan dapat diambil melalui voting mayoritas.
Proses seleksi berlangsung tertutup dan independen, meskipun opini publik dan dinamika politik kadang memengaruhi persepsi terhadap hasilnya.
Baca Juga: Trump Jadi Bahan Cela Usai Salah Sapa Presiden Bosnia di Surat Tarif Dagangnya
Faktor Kontroversi
Pemberian Nobel Perdamaian kepada Trump akan menjadi langkah yang sangat kontroversial, seperti saat Barack Obama mendapatkannya di awal masa jabatannya, atau saat Henry Kissinger dan Yasser Arafat juga menjadi penerima.
Kritikus menilai bahwa kebijakan luar negeri Trump seperti perang dagang, penarikan dari perjanjian global, dan pendekatan konfrontatif berlawanan dengan semangat perdamaian.