kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis furnitur merekah setelah menikah (2)


Rabu, 19 Desember 2018 / 14:42 WIB
Bisnis furnitur merekah setelah menikah (2)
ILUSTRASI. FENOMENA - Akio Notari


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tri Adi

Akio Nitori bukan berasal dari keluarga kaya. Ia harus bekerja serabutan untuk membiayai pendidikan selama kuliah. Setamat kuliah, Akio tak berhasil menjadi pegawai kantoran. Ia lalu melirik bisnis mebel. Namun karena tak terlalu bagus soal pelayanan, toko pertama furnitur miliknya tak berjalan mulus. Saat memutuskan menikah, Akio banyak mendapatkan hikmah. Sang istrinya menegur saat ia malas, termasuk membantunya melayani pelanggan.

Tak ada yang lahir dalam kesempurnaan, tapi setiap orang bisa berusaha untuk menjadi lebih baik. Pelajaran tersebut bisa diambil dari perjalanan hidup Akio Nitori, pendiri raksasa bisnis furnitur Jepang Nitori Holding. Kini, ia masuk dalam jajaran orang paling tajir di Negeri Matahari Terbit dengan kekayaan pribadi sebesar US$ 4,4 miliar versi Forbes.

Menjadi sukses seperti sekarang, awalnya hanya ada dalam mimpi Akio. Ia lahir di sebuah pulau kecil di utara Hokkaido, Jepang semasa perang dunia kedua masih berkecamuk. Ia kerap mendapat masalah semasa kecil dan cenderung tidak peduli pada lingkungannya. Meski begitu, ia memiliki keinginan besar untuk bersekolah.

Namun karena berasal dari keluarga yang hidup seadanya, Akio harus membiayai biaya kuliahnya sendiri. Ia bekerja serabutan. Mulai dari pelayan di bar, menjadi penjaga kolam renang, Akio berhasil menyelesaikan pendidikan dengan mengantongi gelar sarjana ekonomi dari Hokkai-Gakuen University pada tahun 1966.

Setelah itu, ia bekerja di sebuah perusahaan jasa agen periklanan. Namun karena cenderung memiliki sikap dingin, tak ada calon klien yang bisa ia tarik selama enam bulan pekerjaannya di perusahaan tersebut. Akio memutuskan mengundurkan diri.

Ia akhirnya memilih bekerja bersama ayahnya di konstruksi bangunan. Setelah proyek selesai, ia mulai mencari mata pencaharian lain. Saat pulang ia melihat di lingkungannya tak ada toko furnitur. Ia melirik bisnis penjualan mebel menjadi lahan ia pilih. Ia berpikir setiap keluarga yang memutuhkan furnitur pasti akan datang ke tokonya. Berkat bantuan dari sejumlah orang, ia mendapatkan pinjaman untuk memulai usahanya tersebut.




TERBARU

[X]
×