kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,26   0,83%
  • KOMPAS100 1.105   10,12   0,92%
  • LQ45 877   10,37   1,20%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 539   4,27   0,80%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 135   0,60   0,45%
  • IDXQ30 149   1,41   0,96%

Bisnis Starbucks, McDonald’s & Unilever di Asia Barat dan Tenggara Terdampak Boikot


Minggu, 10 Maret 2024 / 20:34 WIB
Bisnis Starbucks, McDonald’s & Unilever di Asia Barat dan Tenggara Terdampak Boikot
Logo Unilever, Starbucks dan McDonald's


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Konflik di Gaza telah menyebabkan kerugian finansial bagi perusahaan-perusahaan Barat, termasuk Starbucks, McDonald’s dan Unilever, di Asia Barat dan negara-negara Islam di Asia Tenggara. 

Melansir ThePrint, Boikot terhadap merek-merek tersebut oleh masyarakat di negara-negara tersebut dilaporkan menyebabkan mereka mempertimbangkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Setidaknya satu operator waralaba Starbucks di Asia Barat, Alshaya Group yang berbasis di Kuwait, mengkonfirmasi kepada CNN pada hari Rabu bahwa mereka akan memberhentikan karyawan di seluruh tokonya di wilayah tersebut karena kondisi perdagangan yang menantang sejak dimulainya konflik di Gaza. 

Baca Juga: Stagnasi Masih Membayangi Kinerja Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Pada hari Selasa, Reuters pertama kali mengungkap berita tentang PHK tersebut, menambahkan bahwa Alshaya Group berencana memberhentikan setidaknya 2.000 orang karena boikot yang dihadapi merek Starbucks di seluruh dunia sejak Oktober 2023.

Grup Alshaya belum mengonfirmasi jumlah tersebut, namun jika benar, maka jumlah tersebut akan mengurangi hampir 4% dari total tenaga kerjanya yang berjumlah sekitar 50.000 orang.

Starbucks mengoperasikan sekitar 1.900 toko di 11 negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), yang mempekerjakan sekitar 19.000 orang.

Pada bulan Januari, Starbucks memangkas perkiraan penjualan tahunannya karena dampak konflik di Asia Barat. Hal ini juga meleset dari ekspektasi pasar pada kuartal pertama tahun keuangan 2023-2024, menurut laporan Reuters.

Baca Juga: Aksi Boikot Produk Berdampak Bagi Kinerja, Begini Strategi Unilever Indonesia (UNVR)

Jaringan kedai kopi yang berkantor pusat di Seattle terpaksa mempertahankan diri agar tidak dianggap sebagai perusahaan yang pro-Israel.

Situs web untuk waralaba wilayah MENA bahkan memiliki bagian FAQ yang menyangkal adanya hubungan dengan Tel Aviv, atau dukungan terhadap pemerintahnya.

Perusahaan-perusahaan lain, termasuk McDonald’s dan Unilever yang memiliki merek seperti Dove, Sunsilk dan Rexona dalam beberapa minggu terakhir juga telah mengakui bagaimana perang telah mempengaruhi lini bisnis mereka di wilayah tersebut.

Pada 7 Oktober 2023, Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza sejak 2007, menyerang dan membunuh sedikitnya 1.200 warga Israel dan menyandera hampir 250 lainnya. 

Baca Juga: Starbucks di Timur Tengah Memecat 2.000 Pekerjanya Akibat Boikot Perang Israel-Hamas

Pemerintah Israel dalam serangan balasan melalui udara dan darat telah menewaskan sedikitnya 30.000 warga sipil Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Konflik tersebut telah mengakibatkan hampir 1,9 juta warga Palestina mengungsi akibat serangan Israel, yang mencakup setidaknya 85% populasi di Gaza, menurut UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×