Sumber: AFP | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KOLOMBO. Serangkaian ledakan terjadi di sejumlah hotel kelas atas dan gereja yang mengadakan kebaktian paskah di Sri Lanka pada hari Minggu (21/4). Kejadian ini menewaskan sedikitnya 156 orang, termasuk 35 warga asing.
Dilansir dari AFP, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengutuk serangan tersebut sebagai aksi pengecut dan mengatakan pemerintah tengah berusaha untuk mengatasi situasi.
Gambar yang beredar di media sosial dan stasiun berita lokal menunjukkan kerusakan parah di salah satu dari tiga gereja menjadi target ledakan yang terjadi hampir bersamaan pada hari Minggu pagi waktu setempat.
Sebagian besar atap gereja meledak dalam ledakan itu, dengan genteng dan serpihan kayu berserakan di lantai dan genangan darah di antara jemaah yang terluka.
Korban luka memenuhi sejumlah rumah sakit setempat, di mana para pejabat menyebut ada ratusan laporan korban luka yang telah diterima.
Sejauh ini, kepolisian menyebut belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Tetapi dokumen yang dilihat oleh AFP menunjukkan bahwa pada sepuluh tahun lalu Kepala Polisi Sri Lanka saat itu, Pujuth Jayasundara, mengeluarkan peringatan intelijen kepada perwira tinggi kepolisian soal potensi terjadinya aksi pelaku bom bunuh untuk menyerang sejumlah gereja-gereja terkenal di negara tersebut.
"Sebuah agen intelijen asing telah melaporkan bahwa NTJ (National Thowheeth Jama'ath) berencana untuk melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan gereja-gereja terkemuka serta komisi tinggi India di Kolombo," kata peringatan tersebut.
NTJ adalah kelompok Muslim radikal di Sri Lanka yang dikaitkan dengan vandalisme patung Buddha pada tahun lalu.
Ledakan pertama dilaporkan di St Anthony's Shrine, sebuah gereja Katolik yang terkenal di ibu kota Kolombo. Ledakan mematikan kedua dikonfirmasi terjadi di St Sebastian's, sebuah gereja di kota Negombo, sebelah utara ibukota.
Di sisi lain, sumber dari sebuah rumah sakit mengatakan di antara korban tewas ada warga negara Inggris, Belanda dan Amerika Serikat.