kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bos Saudi Aramco: Pajak Energi Bukan Solusi Atasi Krisis Energi Global


Jumat, 23 September 2022 / 16:53 WIB
Bos Saudi Aramco: Pajak Energi Bukan Solusi Atasi Krisis Energi Global
ILUSTRASI. Saudi Aramco menilai rencana Eropa membatasi tagihan energi untuk konsumen dan memajaki perusahaan energi bukanlah solusi jangka panjang atau membantu untuk krisis energi global.


Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Bos perusahaan minyak Saudi Aramco menilai rencana Eropa membatasi tagihan energi untuk konsumen dan memajaki perusahaan energi bukanlah solusi jangka panjang atau membantu untuk krisis energi global. Krisis energi sebagian besar didorong oleh kurangnya investasi dalam hidrokarbon.

"Membekukan atau membatasi tagihan energi mungkin membantu konsumen dalam jangka pendek, tetapi itu tidak mengatasi penyebab sebenarnya dan bukan solusi jangka panjang," kata Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser dalam sebuah forum di Swiss seperti dikutip Reuters.

"Dan memajaki perusahaan ketika Anda ingin mereka meningkatkan produksi jelas tidak membantu," ujarnya lagi.

Baca Juga: Inflasi Arab Saudi Naik Jadi 2,7% Pada Juli 2022, Didorong Kenaikan Harga Pangan

Pemerintah di seluruh Eropa telah menghabiskan ratusan miliar euro untuk pemotongan pajak, dan subsidi untuk mengatasi krisis energi yang menaikkan inflasi, memaksa industri untuk menutup produksi dan menaikkan tagihan menjelang musim dingin.

Di bawah rencana Uni Eropa yang diumumkan minggu lalu, keuntungan berlebihan dari perusahaan energi akan dikurangi dan didistribusikan kembali untuk meringankan beban konsumen.

Pada hari Selasa (20/9), Nasser yang mengepalai Aramco, pengekspor minyak terbesar dunia, mengatakan, kurangnya investasi dalam hidrokarbon pada saat alternatif bahan bakar fosil masih belum tersedia adalah akar penyebab masalah.

"Konflik di Ukraina jelas meningkatkan dampak krisis energi, tapi itu bukan akar masalahnya," katanya.

"Sayangnya, bahkan jika konflik berhenti hari ini seperti yang kita semua inginkan, krisis tidak akan berakhir," katanya.

Aramco telah berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak menjadi 13 juta barel per hari (bph) pada tahun 2027. Namun, Nasser memperingatkan bahwa investasi global dalam hidrokarbon masih terlalu sedikit dan terlambat.

Kurangnya investasi terjadi pada saat kapasitas cadangan menipis dan permintaan "cukup sehat" meskipun ada hambatan ekonomi yang kuat.

Kapasitas cadangan global yang efektif adalah sekitar satu setengah persen dari permintaan global.

"Ketika ekonomi global pulih, kita dapat mengharapkan permintaan untuk rebound lebih lanjut, menghilangkan sedikit kapasitas produksi minyak cadangan di luar sana ... itu sebabnya saya sangat prihatin," kata Nasser.

Nasser mengatakan, krisis energi tidak berarti tujuan iklim harus berubah. Tetapi dunia membutuhkan rencana transisi energi yang lebih layak.

Aramco telah bekerja untuk menurunkan intensitas karbon hulu, pembakaran gas dan intensitas metana sambil meningkatkan upaya untuk memajukan teknologi penangkapan karbon.

"Bantuan terbaik yang dapat ditawarkan oleh pembuat kebijakan dan setiap pemangku kepentingan adalah menyatukan dunia di sekitar rencana transisi baru yang jauh lebih kredibel," imbuhnya.

Baca Juga: Mahasiswi PhD Arab Saudi Dijatuhi Hukuman 34 Tahun Penjara Gara-gara Twitter




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×