kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.174.000   10.000   0,46%
  • USD/IDR 16.703   11,00   0,07%
  • IDX 8.122   -3,44   -0,04%
  • KOMPAS100 1.128   -2,48   -0,22%
  • LQ45 807   -3,47   -0,43%
  • ISSI 283   0,77   0,27%
  • IDX30 424   -0,57   -0,13%
  • IDXHIDIV20 486   -3,49   -0,71%
  • IDX80 123   -0,28   -0,22%
  • IDXV30 133   -0,20   -0,15%
  • IDXQ30 134   -1,09   -0,81%

Bos The Fed Akan Hati-Hati Soal Pelonggaran Bunga, Dolar AS Bangkit


Rabu, 24 September 2025 / 13:48 WIB
Bos The Fed Akan Hati-Hati Soal Pelonggaran Bunga, Dolar AS Bangkit
ILUSTRASI. Dolar Amerika Serikat (AS) menguat dari level terendahnya dalam hampir seminggu pada Rabu (24/9/2025).


Sumber: Hiken Plays | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Dolar Amerika Serikat (AS) menguat dari level terendahnya dalam hampir seminggu pada Rabu (24/9/2025), setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan nada hati-hati tentang pelonggaran lebih lanjut kebijakan moneter.

Meski begitu, para trader mempertahankan taruhan untuk dua kali pemotongan lagi suku bunga The Fed di tahun ini.

Dolar Australia menguat setelah angka inflasi konsumen yang lebih tinggi dari perkiraan, kurang dari seminggu sebelum keputusan kebijakan Bank Sentral berikutnya. Sementara, dolar Selandia Baru stabil setelah penunjukan kepala bank sentral yang baru.

Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang tersebut terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,1% menjadi 97,36 pada Rabu (24/9/2025). Dolar AS  mencoba memulihkan diri setelah dua sesi berturut-turut melemah yang membuatnya menyentuh level terendah sejak Kamis pekan lalu di level 97,198 semalam.

Pasar mengantisipasi penurunan suku bunga seperempat poin pada masing-masing dari dua pertemuan kebijakan The Fed yang tersisa tahun ini. Penurunan suku bunga lainnya diperkirakan terjadi pada kuartal pertama tahun 2026, yang secara umum sejalan dengan perkiraan para pejabat The Fed setelah penurunan suku bunga seperempat poin pada hari Rabu minggu lalu.

Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp 16.665 per Dolar AS pada Siang Ini (24/9), Cek Proyeksinya

Dolar telah pulih dari level terendah sejak awal 2022 di 96,224 setelah pengumuman kebijakan The Fed dan konferensi pers Powell berikutnya, yang tidak memenuhi ekspektasi pasar yang lebih dovish menyusul pelemahan tajam pasar tenaga kerja AS baru-baru ini.

Pada hari Selasa, Powell mengatakan bank sentral perlu terus menyeimbangkan risiko inflasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang goyah dalam keputusan kebijakan mendatang, dalam komentar yang menggemakan komentar dari minggu lalu. Ia menyebut dilema kebijakan ini sebagai "situasi yang menantang."

"Pernyataan Powell semalam menggarisbawahi pendekatan hati-hati bank sentral," kata James Kniveton, dealer valas korporat senior di Convera seperti dikutip Reuters

Kniveton bilang, Powell mengakui tidak adanya opsi kebijakan bebas risiko, memperingatkan bahwa pelonggaran prematur dapat memperparah inflasi sementara pembatasan moneter yang berlebihan dapat merusak prospek ketenagakerjaan secara tidak perlu.

Terhadap yen Jepang, dolar AS menguat 0,2% menjadi 147,88 yen.

Sanae Takaichi - salah satu kandidat terdepan Perdana Menteri Jepang, yang dikenal sebagai sosok yang dovish dalam kebijakan fiskal dan moneter - mengatakan bahwa kebijakan moneter berada di tangan Bank of Japan, tetapi suku bunga yang lebih tinggi dapat berdampak pada suku bunga hipotek dan investasi perusahaan.

BOJ tidak mengubah kebijakannya minggu lalu, tetapi sejumlah sinyal hawkish mendorong para analis dan investor untuk berspekulasi tentang kemungkinan kenaikan suku bunga lebih awal.

Baca Juga: Kurs Rupiah Tertekan ke Level Paling Lemah Sejak April 2025, Selasa (23/9)

Sementara euro melemah 0,1% menjadi US$ 1,1800, dan poundsterling melemah 0,1% menjadi US$ 1,3510.

Dolar Australia menguat 0,3% menjadi US$ 0,6620, membalikkan penurunan kecil sebelumnya, setelah indeks harga konsumen (IHK) Australia naik 3% pada bulan Agustus dibandingkan tahun sebelumnya. Inflasi itu juga naik dari 2,8% pada bulan Juli dan sedikit di atas perkiraan median sebesar 2,9%.

Namun, gambaran data tersebut diperumit oleh ukuran utama inflasi inti yang kembali turun ke 2,6%.

Para trader sedikit mengurangi taruhan untuk penurunan suku bunga Bank Sentral Australia (RBA) pada akhir tahun menjadi sekitar 33%, menurut data LSEG. Pasar terus memperkirakan tidak ada perubahan kebijakan pada 30 September.

"Data tersebut menunjukkan sedikit kekakuan harga yang dapat mempersulit upaya RBA untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut dan mendukung pasar tenaga kerja yang jelas-jelas sedang sakit," kata Kyle Rodda, seorang analis di Capital.com.

Pada saat yang sama, "data tersebut mungkin tidak seburuk kelihatannya" dan "lonjakan angka utama sebagian besar disebabkan oleh pencabutan subsidi energi," kata Rodda.

Selanjutnya: Imbal Hasil Turun, SRBI dan SBN Masih Jadi Favorit Penempatan Dana

Menarik Dibaca: Promo PSM Alfamart Periode 24-30 September 2025, Sunlight Botol Cuma Rp 10.000




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×