Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sebelumnya diberitakan, tanda-tanda dedolarisasi mulai bermunculan dalam ekonomi global, meskipun mata uang tersebut harus mempertahankan dominasinya yang telah lama dipegang di masa mendatang. Hal tersebut diungkapkan oleh ahli strategi di bank terbesar AS, JPMorgan.
Mengutip Reuters, dampak dari kenaikan suku bunga AS yang tajam dan diberlakukannya sanksi yang telah membekukan beberapa negara, seperti Rusia, dari sistem perbankan global mendorong negara-negara BRIC - Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan - untuk menantang kekuasaan dolar.
Ahli strategi JPMorgan Meera Chandan dan Octavia Popescu pada awal Juni 2023 lalu menjelaskan, meskipun penggunaan dolar secara keseluruhan tetap dalam kisaran historisnya, penggunaannya semakin mengalami penurunan.
Pangsa pasar dolar dari volume mata uang yang diperdagangkan hanya selisih sedikit dari rekor tertinggi, yaitu 88%. Sedangkan pangsa pasar euro telah menyusut sebesar 8 persentase poin dalam satu dekade terakhir ke rekor terendah 31%.
Baca Juga: Tunggangi Tren Dedolarisasi, China Genjot Pamor Yuan
Sementara, pangsa pasar yuan Tiongkok, telah meningkat ke rekor tertinggi 7%.
"Dedolarisasi terbukti dalam cadangan devisa di mana pangsa pasar (dolar) telah menurun ke rekor terendah karena pangsa ekspor menurun, tetapi masih muncul di komoditas," kata para ahli strategi.