Sumber: Channelnewsasia.com,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BRASILIA. Kementerian Kesehatan Brasil mengatakan, pihaknya tidak akan mengubah rekomendasi untuk mengobati pasien virus corona baru dengan hydroxychloroquine, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghentikan uji coba obat tersebut.
Seperti Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah menggembar-gemborkan manfaat hydroxychloroquine dan chloroquine sebagai pengobatan pasien yang terjangkit virus corona.
Penelitian, bagaimanapun, telah mempertanyakan keamanan dan kemanjuran hydroxychloroquine dan chloroquine terhadap virus corona. Salah satunya terbit dalam jurnal medis terkemuka The Lancet yang menemukan, obat-obatan itu meningkatkan risiko kematian.
"Kami tetap tenang dan tidak akan ada perubahan pada pedoman yang Brasil keluarkan pekan lalu," kata pejabat Kementerian Kesehatan Mayra Pinheiro pada konferensi pers, Senin (25/5), seperti dikutip Channelnewsasia.com.
Baca Juga: WHO setop uji coba hydroxychloroquine pada pasien Covid-19, ada apa?
Pedoman tersebut merekomendasikan dokter dalam sistem kesehatan masyarakat untuk meresepkan hydroxychloroquine dan chloroquine untuk mengobati pasien Covid-19, penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus corona baru.
Pedoman itu keluar tak lama setelah pengunduran diri Nelson Teich sebagai menteri kesehatan, yang dilaporkan dia berhenti atas desakan Presiden Bolsonaro untuk mendorong penggunaan obat-obatan tersebut meskipun kurangnya bukti kuat.
Teich adalah menteri kesehatan kedua Brasil yang mengundurkan diri dalam waktu kurang dari sebulan.
Brasil, negara Amerika Latin yang paling parah dihantam pandemi, telah muncul sebagai hotspot, dengan hampir 375.000 kasus virus corona, tertinggi kedua di dunia setelah AS, dan lebih dari 23.000 kematian.
Baca Juga: Jepang setujui Avigan untuk pengobatan Covid-19, manjur dan aman?
Hydroxychloroquine biasanya digunakan untuk mengobati penyakit autoimun, sedangkan chloroquine umumnya dipakai untuk melawan malaria.
Studi pendahuluan di China dan Perancis menghasilkan harapan obat-obatan tersebut mungkin efektif melawan virus corona baru.
Itu membuat Pemerintah Brasil membelinya dalam jumlah besar. Trump bahkan mengatakan pekan lalu, dia menggunakan hydroxychloroquine sebagai tindakan pencegahan, meskipun menyebutkan pada Minggu (24/5) iia telah menyelesaikan pengobatannya.
Pinheiro mempertanyakan studi Lancet, yang menganalisis rekam medis 96.000 pasien di ratusan rumahsakit.
"Itu bukan uji klinis, itu hanya kumpulan data yang dikumpulkan dari berbagai negara, dan itu tidak memenuhi kriteria studi yang bisa diterima secara metodologis untuk dijadikan referensi bagi negara mana pun di dunia, termasuk Brasil," ujarnya.
Baca Juga: Berlomba, Novavax mulai uji klinis vaksin virus corona ke manusia
WHO menghentikan sementara pengujian obat malaria hydroxychloroquine pada pasien Covid-19 karena masalah keamanan.
"Kelompok eksekutif menghentikan sementara hydroxychloroquine dalam uji coba Solidaritas, sementara dewan pemantauan keamanan data meninjau data keselamatan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (25/5), seperti dikutip Reuters.
WHO sebelumnya merekomendasikan untuk tidak menggunakan hydroxychloroquine untuk mengobati atau mencegah infeksi coronavirus, kecuali sebagai bagian dari uji klinis.
Dr Mike Ryan, Kepala Program Kedaruratan WHO, menyatakan, lembaganya mengambil keputusan untuk menunda uji coba hydroxychloroquine dengan "penuh kehati-hatian".