Sumber: Channelnewsasia.com,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
Studi pendahuluan di China dan Perancis menghasilkan harapan obat-obatan tersebut mungkin efektif melawan virus corona baru.
Itu membuat Pemerintah Brasil membelinya dalam jumlah besar. Trump bahkan mengatakan pekan lalu, dia menggunakan hydroxychloroquine sebagai tindakan pencegahan, meskipun menyebutkan pada Minggu (24/5) iia telah menyelesaikan pengobatannya.
Pinheiro mempertanyakan studi Lancet, yang menganalisis rekam medis 96.000 pasien di ratusan rumahsakit.
"Itu bukan uji klinis, itu hanya kumpulan data yang dikumpulkan dari berbagai negara, dan itu tidak memenuhi kriteria studi yang bisa diterima secara metodologis untuk dijadikan referensi bagi negara mana pun di dunia, termasuk Brasil," ujarnya.
Baca Juga: Berlomba, Novavax mulai uji klinis vaksin virus corona ke manusia
WHO menghentikan sementara pengujian obat malaria hydroxychloroquine pada pasien Covid-19 karena masalah keamanan.
"Kelompok eksekutif menghentikan sementara hydroxychloroquine dalam uji coba Solidaritas, sementara dewan pemantauan keamanan data meninjau data keselamatan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (25/5), seperti dikutip Reuters.
WHO sebelumnya merekomendasikan untuk tidak menggunakan hydroxychloroquine untuk mengobati atau mencegah infeksi coronavirus, kecuali sebagai bagian dari uji klinis.
Dr Mike Ryan, Kepala Program Kedaruratan WHO, menyatakan, lembaganya mengambil keputusan untuk menunda uji coba hydroxychloroquine dengan "penuh kehati-hatian".