Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Iran menyatakan, serangan rudal mereka memang tidak bertujuan untuk membunuh tentara Amerika Serikat (AS) di Irak, tetapi buat merusak "mesin militer" Washington.
Reuters mengutip televisi pemerintah Iran melaporkan, Amirali Hajizadeh, Kepala Pasukan Aerospace Garda Revolusi, Kamis (9/1), mengatakan, serangan pada Rabu (8/1) baru awal dari serangkaian serangan di seluruh Irak.
Hajizadeh menegaskan, "balas dendam yang pantas" atas pembunuhan Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh militer AS adalah mengusir pasukan negeri uak Sam dari Timur Tengah.
Baca Juga: Cegah konflik meluas, Paus desak AS dan Iran untuk menghindari eskalasi
Dia mengungkapkan, Iran memiliki ratusan rudal yang siap meluncur. Dan, ketika menembakkan rudal pada Rabu (8/1), Teheran juga melakukan "serangan siber untuk menonaktifkan pesawat tanpa awak dan sistem navigasi drone AS".
Sebelumnya, laporan kantor berita Tasnim seperti Reuters lansir menyebutkan, Abdollah Araghi, petinggi senior Garda Revolusi, menyatakan, bakal melakukan "balas dendam yang lebih keras dalam waktu dekat".
Aksi ini sebagai balasan atas pembunuhan Kepala Pasukan elit Quds. Dan, pernyataan Araghi itu keluar setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan pada Rabu (8/1), Iran tampaknya "akan mundur".
Trump mengatakan, serangan rudal Iran ke pangkalan-pangkalan militer di Irak tidak melukai pasukan AS. Sebuah hasil yang dia katakan menunjukkan Teheran ingin mengurangi eskalasi konflik.
Baca Juga: Duh, Iran bakal lakukan balas dendam yang lebih keras ke AS dalam waktu dekat
“Tidak ada orang Amerika yang terluka dalam serangan semalam oleh rezim Iran. Kami tidak menderita korban. Semua prajurit kami aman dan hanya kerusakan minimal yang terjadi di pangkalan militer kami,” kata Trump dalam pidatonya seperti dikutip Reuters.
Sementara Wakil Kepala Garda Revolusi Ali Fadavi bilang, serangan rudal Iran atas target AS adalah wujud dari kekuatan militer negeri Mullah, dan pasukan AS "tidak bisa berbuat apa-apa".