kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.355   -190,00   -1,15%
  • IDX 6.869   82,03   1,21%
  • KOMPAS100 995   15,18   1,55%
  • LQ45 764   10,59   1,40%
  • ISSI 223   2,25   1,02%
  • IDX30 395   4,66   1,19%
  • IDXHIDIV20 461   4,56   1,00%
  • IDX80 112   1,50   1,36%
  • IDXV30 114   0,50   0,44%
  • IDXQ30 128   1,96   1,56%

Buntut protes di Rusia, Putin disebut takut bernasib sama seperti Muammar Gaddafi


Jumat, 05 Februari 2021 / 11:46 WIB
Buntut protes di Rusia, Putin disebut takut bernasib sama seperti Muammar Gaddafi
ILUSTRASI. Buntut protes di Rusia, Putin disebut takut bernasib sama seperti Muammar Gaddafi


Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - MOSKWA. Presiden Rusia Vladimir Putin disebut takut jika dia tewas dibunuh seperti diktator Libya, Muammar Gaddafi.

Pernyataan yang disampaikan pakar merespons aksi protes yang berkembang, buntut penahanan figur oposisi Alexei Navalny.

Yuri Felshtinsky yang merupakan salah satu tokoh oposisi berujar, unjuk rasa yang terjadi meyakinkan sang presiden untuk makin keras melakukan penindakan.

Selama lebih dari dua dekade kepemimpinannya, Putin akhirnya menghadapi tantangan berat saat unjuk rasa pecah di Rusia.

Baca Juga: Meteor dari Rusia, rudal hipersonik nuklir Avangard melesat 20 kali kecepatan suara

Aksi protes itu muncul setelah Kremlin memutuskan menahan Navalny, yang pada tahun lalu sempat koma terkena racun saraf Novichok.

Presiden berusia 68 tahun itu disebut sudah menandatangani undang-undang, yang membuat dia berkuasa hingga 2036. Kepada The Sun, Felshtinsky mengatakan Putin perlu bertindak brutal demi mengenyahkan pembangkang dan melindungi posisinya.

Disebutkan, si presiden "menonton dengan saksama" video saat Muammar Gaddafi dibunuh secara brutal oleh massa pada 2011.

Baca Juga: Setelah Rusia, AS bidik kontrol senjata bersama dengan China

Felshtinsky sepakat jika mantan perdana menteri Rusia itu sampai kehilangan kekuasaan, maka nasibnya bakal berakhir seperti diktator Libya.

"Dia tahu benar jika pakai sistem normal, pemerintahannya bakal kolaps. Dia bukanlah sosok idealis," papar Felshtinsky.




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×