Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia bergerak hati-hati pada perdagangan Senin (17/11/2025), dengan para pelaku pasar menantikan rangkaian laporan kinerja emiten serta rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tertunda akibat penutupan pemerintah.
Fokus utama tetap pada prospek suku bunga The Fed dan ketahanan reli saham-saham berbasis kecerdasan buatan (AI).
Baca Juga: Ekspor Non-Migas Singapura Melonjak 22,2% pada Oktober, Jauh Lampaui Perkiraan
Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember kembali turun dari lebih dari 60% pekan lalu menjadi sekitar 40% pada Senin, menekan sentimen risiko.
Meski begitu, kontrak berjangka S&P 500 naik tipis 0,3% pada awal sesi.
Saham Jepang Tertekan Imbas Ketegangan Diplomatik
Indeks Nikkei bergerak datar, namun saham sektor pariwisata dan ritel merosot tajam setelah China mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke Jepang.
Saham Isetan Mitsukoshi dan Shiseido anjlok sekitar 10%.
Baca Juga: Eropa Menahan Aset Rusia, Isyarat Keraguan atas Peluang Kemenangan Ukraina?
Bursa Australia Melemah
Di Australia, saham BHP turun 0,7% setelah pengadilan tinggi Inggris menyatakan perusahaan tersebut bertanggung jawab atas insiden runtuhnya bendungan di Brasil.
Tekanan ini menyeret indeks acuan ke level terendah empat bulan.
Di Wall Street, indeks utama berakhir beragam pada Jumat lalu: S&P 500 turun tipis sementara Nasdaq mencatat kenaikan kecil.
Yield obligasi AS tenor 10 tahun berada di 4,156% pada sesi Asia.
Baca Juga: FAA Akhiri Pembatasan Penerbangan Domestik di 40 Bandara AS
Data Ketenagakerjaan AS Menjadi Sorotan
Rilis utama pekan ini adalah laporan tenaga kerja AS untuk September, yang tertunda selama penutupan pemerintah.
Namun, data tersebut dinilai mungkin kurang relevan karena sejumlah survei swasta sudah menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja.
Sebanyak 19 pejabat The Fed dijadwalkan memberikan pernyataan pekan ini, yang akan menjadi panduan penting bagi investor.
Pada Jumat, Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid dan Presiden Fed Dallas Lorie Logan menyampaikan pandangan hawkish, menyiratkan keraguan terhadap perlunya pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
“Ekspektasi bahwa data tenaga kerja melemah dan inflasi lebih tinggi akan menimbulkan risiko seimbang. Keduanya tidak baik bagi pasar karena stagflation kembali menjadi pembicaraan,” kata Bob Savage, Kepala Strategi Makro Pasar BNY.
Data Asia menunjukkan ekonomi Jepang mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam enam kuartal akibat dampak tarif AS.
Media Nikkei melaporkan pemerintah Jepang mempertimbangkan paket stimulus baru senilai sekitar 17 triliun yen (US$110 miliar) di bawah kepemimpinan Perdana Menteri baru, Sanae Takaichi.
Rencana ini menekan yen ke 154,54 per dolar dan mendorong yield obligasi 10 tahun Jepang ke level tertinggi sejak 2008.
Baca Juga: Won Korea dan Ringgit Malaysia Melemah Paling Dalam di antara Mata Uang Asia
Nvidia Jadi Penentu Arah Reli AI
Pekan ini, empat raksasa ritel dan teknologi AS Home Depot, Target, Walmart, dan terutama Nvidia akan merilis laporan keuangan. Pasar menempatkan Nvidia sebagai ujian penting keberlanjutan reli saham AI.
“Jika pertumbuhan yang diharapkan pasar tidak tercapai atau komentar manajemen tidak cukup positif, akan ada tekanan besar pada saham-saham terkait,” kata analis Orton.
Saham Nvidia telah melonjak sekitar 1.000% sejak peluncuran ChatGPT pada November 2022, termasuk kenaikan lebih dari 40% tahun ini yang menjadikannya perusahaan pertama yang menembus kapitalisasi pasar US$5 triliun bulan lalu.
Baca Juga: Krisis Taiwan: Jepang Berupaya Redakan Ketegangan dengan China
Pergerakan Aset Global
- Dolar AS menguat tipis, menahan euro di US$1,1607.
- Emas stabil di sekitar US$4.084 per ons troi.
- Minyak Brent turun 1% ke US$63,78.
- Bitcoin melemah ke US$94.717 setelah mencatat penurunan mingguan lebih dari 10%, terbesar sejak Maret, mencerminkan menurunnya selera risiko.













