Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Asia melemah untuk hari kedua pada Kamis (23/10/2025), terseret oleh kinerja suram saham-saham teknologi global dan kekhawatiran baru atas ketegangan geopolitik setelah Amerika Serikat (AS) dikabarkan mempertimbangkan pembatasan ekspor perangkat lunak ke China.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3%, sementara indeks Nikkei 225 Jepang merosot 1,5%.
Baca Juga: Harga Emas Turun ke US$4.082 Kamis (23/10) Pagi, Dolar Menguat Jelang Data CPI AS
Saham-saham di Hong Kong juga turun 0,4% setelah laporan Reuters mengungkap bahwa Gedung Putih sedang menyiapkan langkah balasan terhadap pembatasan ekspor mineral tanah jarang (rare earth) oleh Beijing.
“Tanpa adanya data makro baru yang bisa menjadi penopang sentimen, investor cenderung bersikap defensif. Kunjungan Presiden Trump ke Asia juga menambah ketegangan geopolitik,” ujar Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo Bank Singapura.
“Ide tentang pembatasan ekspor perangkat lunak AS ke China benar-benar memukul sentimen saham teknologi, sementara sanksi baru terhadap Rusia mengingatkan bahwa risiko geopolitik belum akan mereda,” tambahnya.
Baca Juga: Bitcoin Jadi Penyesalan Terbesar Finansial Generasi Muda Australia
Sanksi AS dan Eropa Tekan Pasar Energi
Di pasar komoditas, harga minyak Brent naik 2,3% menjadi US$64 per barel, setelah Presiden AS Donald Trump pada Rabu memberlakukan sanksi baru terkait Ukraina terhadap perusahaan minyak Rusia seperti Lukoil dan Rosneft.
Langkah itu diumumkan bersamaan dengan keputusan Uni Eropa yang menyetujui paket sanksi ke-19 terhadap Moskow, termasuk larangan impor gas alam cair (LNG) dari Rusia.
Data dari Energy Information Administration (EIA) juga menunjukkan penurunan stok minyak mentah, bensin, dan distilat AS pekan lalu, seiring meningkatnya aktivitas kilang dan permintaan bahan bakar.
Baca Juga: Nikkei Jepang Turun 1,3% Kamis (23/10) Pagi Usai Reli Takaichi, Dilanda Profit Taking
Saham Teknologi Global Tertekan
Bursa Wall Street kembali melemah pada Rabu malam waktu setempat setelah laporan keuangan dari saham-saham megacap teknologi seperti Netflix, Tesla, dan Apple mengecewakan pasar.
Saham Netflix anjlok lebih dari 10% setelah proyeksi pendapatan kuartal berikutnya dianggap lemah.
Tesla turun 3,8% dalam perdagangan setelah jam bursa meski mencatat pendapatan kuartal ketiga tertinggi sepanjang masa, namun laba bersihnya tidak memenuhi ekspektasi analis.
Sementara itu, Apple melemah 1,6% setelah dua kelompok masyarakat sipil mengajukan keluhan antimonopoli ke regulator Uni Eropa terkait ketentuan App Store yang dinilai melanggar aturan baru untuk membatasi dominasi perusahaan teknologi besar.
Baca Juga: Dolar Menguat Tipis pada Kamis (13/10) Pagi, Menjelang Rilis Data CPI AS
Pasar Obligasi dan Dolar Stabil, Fokus pada The Fed
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun stabil di 3,955%, hanya naik 0,2 basis poin dari penutupan sebelumnya.
Investor kini semakin yakin bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 29 Oktober mendatang.
Menurut data CME FedWatch Tool, probabilitas penurunan suku bunga mencapai 96,7%, sedikit turun dari 98,3% sehari sebelumnya.
Indeks dolar AS naik 0,1% ke posisi 99,03, sementara harga emas spot turun 0,6% ke US$4.071,09 per ons troi, mendekati level US$4.000, karena investor melakukan aksi ambil untung menjelang rilis data inflasi AS akhir pekan ini.
Baca Juga: Korea Selatan Pertahankan Suku Bunga, Pasar Properti Panas Batasi Pelonggaran
Korea Selatan Tahan Suku Bunga
Dari kawasan Asia lainnya, indeks KOSPI Korea Selatan turun 0,2% setelah Bank of Korea memutuskan menahan suku bunga sesuai perkiraan analis.
Sementara itu, pasar saham global secara umum mulai terkoreksi dari rekor tertinggi seiring dimulainya musim laporan keuangan.
Meski sebagian besar perusahaan mencatat hasil di atas ekspektasi analis, saham-saham teknologi berkapitalisasi besar masih menjadi titik lemah utama dalam reli pasar belakangan ini.