Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham global melemah pada perdagangan Rabu (22/10/2025). Sementara harga emas terkoreksi tajam dari reli yang sempat melesat, seiring investor mulai melakukan aksi ambil untung di tengah valuasi aset yang dinilai terlalu tinggi.
Ketidakpastian geopolitik turut membayangi pasar. Pertemuan yang direncanakan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin ditunda, sementara rencana pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping masih belum jelas.
Baca Juga: Stablecoin Tether Sentuh 500 Juta Pengguna, Setara 6,25% Populasi Dunia
Meskipun hubungan Washington dan Beijing belakangan menunjukkan nada yang lebih bersahabat, Trump menambah ketidakpastian dengan menyatakan pada Selasa bahwa “mungkin pertemuan itu tidak akan terjadi.”
Fokus utama pasar tertuju pada anjloknya harga emas semalam. Harga logam mulia tersebut turun lebih dari 5% pada Selasa tanpa pemicu yang jelas, dan terakhir tercatat melemah 0,6% menjadi US$4.098,89 per ons.
Sepanjang tahun ini, emas telah mencatat reli lebih dari 50% didorong ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, serta ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang membuat investor berbondong-bondong mencari aset aman.
“Emas sudah sangat overbought. Terlalu banyak aksi FOMO (fear of missing out) yang masuk ke pasar ini,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore.
“Kondisi ini mirip dengan Nasdaq dan pasar lain yang sedang panas. Kita mulai melihat gejala koreksi kecil, yang bisa saja menjadi sinyal untuk koreksi yang lebih besar.”
Baca Juga: Mata Uang Asia Bergerak Tipis Rabu (22/10) Pagi, Rupiah Melemah ke Level Rp16.600
Saham Asia dan AS Kompak Terkoreksi
Indeks saham Asia-Pasifik di luar Jepang (MSCI Asia ex-Japan) turun 0,24%. Sedangkan futures Nasdaq melemah 0,2% dan S&P 500 turun 0,07% setelah sesi Wall Street yang bervariasi.
Saham Netflix anjlok hampir 6% setelah meleset dari ekspektasi laba kuartal III, sedangkan General Motors melonjak 15% karena menaikkan proyeksi laba tahunan.
Di Eropa, EUROSTOXX 50 futures turun 0,5%, FTSE futures melemah 0,15%, dan DAX futures terkoreksi 0,26%.
Indeks Nikkei Jepang juga turun 0,9%, setelah dua hari reli di tengah ekspektasi stimulus fiskal dari Perdana Menteri baru Sanae Takaichi.
“Kami memperkirakan ‘Sanaenomics’ akan berdampak positif bagi pasar saham Jepang,” ujar analis Julius Baer, Louis Chua. Ia menilai prospek Nikkei masih kuat, ditopang reformasi korporasi dan kebijakan pro-pertumbuhan.
Di China, indeks CSI300 melemah 0,2% dan Hang Seng Hong Kong turun 0,42%.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Menguat Rabu (22/10) Pagi: Brent ke US$ 61,50 & WTI ke US$ 57,45
Pasar Menanti Sinyal Bank Sentral
Di pasar valuta asing, yen Jepang masih tertekan setelah anjlok hampir 0,8% sehari sebelumnya, menyusul kemenangan Takaichi yang dinilai bisa mempersulit langkah Bank of Japan (BOJ) dalam menaikkan suku bunga.
BOJ akan menggelar rapat pekan depan dan diperkirakan masih akan menahan suku bunga.
“Peluang kenaikan suku bunga pada Oktober kecil,” tulis Morgan Stanley MUFG Securities.
Sementara itu, Federal Reserve AS juga akan mengumumkan keputusan suku bunga pekan depan, dengan pasar hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan 25 basis poin.
Namun, penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) selama tiga minggu membuat data ekonomi terbatas, sehingga keputusan The Fed kemungkinan diambil dengan basis informasi yang kurang ideal.
Baca Juga: Amerika Serikat (AS) Akan Beli 1 Juta Barel Minyak untuk Isi Cadangan Strategis
Akibatnya, pergerakan mata uang cenderung mendatar. Dolar AS stabil didukung pelemahan yen, dengan euro di level US$1,1604 dan poundsterling di US$1,3370.
Untuk komoditas energi, harga minyak dunia naik tipis. Brent crude futures menguat 0,31% ke US$61,51 per barel. Sementara WTI naik 0,38% menjadi US$57,46 per barel.