Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Bursa saham Arab Saudi mencatat kenaikan harian terbesar sejak 2020 pada Rabu (24/9/2025), setelah muncul laporan bahwa otoritas pasar berencana melonggarkan aturan batas kepemilikan asing di perusahaan tercatat.
Indeks acuan Saudi melonjak lebih dari 5% ke level tertinggi sejak Mei, usai laporan Bloomberg menyebut regulator tengah mempertimbangkan pelonggaran batas kepemilikan asing sebesar 49% pada emiten.
Baca Juga: Ini Peringatan Keras Arab Saudi kepada Israel Terkait Palestina
Langkah ini diyakini dapat menghidupkan kembali minat investor terhadap bursa terbesar di dunia Arab tersebut.
“(Aturan baru) bisa berlaku sebelum akhir tahun,” kata anggota dewan CMA, Abdulaziz Abdulmohsen Bin Hassan, seperti dikutip dalam laporan itu.
Sejauh ini, indeks acuan Saudi sudah turun 9,6% sepanjang tahun berjalan, tertinggal dari bursa kawasan lain seperti Dubai dan Kuwait yang masing-masing naik 13,8% dan 20%.
Tekanan harga minyak yang melemah menjadi salah satu faktor utama pelemahan tersebut.
Saham-saham unggulan Saudi juga kesulitan mempertahankan penguatan pada 2025. Saudi Aramco tercatat turun sekitar 10% sejak awal tahun.
Baca Juga: Produksi Grasberg Terganggu, Freeport-McMoRan Pangkas Target Penjualan Emas & Tembaga
Sementara raksasa konsumer Almarai dan Savola masing-masing terkoreksi 10% dan 36%.
“Kami tahu bahwa bahkan dengan batas kepemilikan asing 49% saat ini, rata-rata kepemilikan asing di emiten besar tidak pernah lebih dari 15%,” ujar Mohammed Ali Yasin, CEO Ghaf Benefits di Lunate.
Menurutnya, reli pada Rabu mencerminkan ekspektasi bahwa pelonggaran aturan akan meningkatkan bobot perusahaan publik Saudi di indeks global seperti MSCI dan FTSE, sehingga mendorong arus masuk dana asing.
“Langkah ini juga akan memperkuat likuiditas dan kedalaman pasar Saudi, memperketat spread bid-ask, serta memperluas partisipasi institusional,” kata Tariq Qaqish, Wakil CEO FH Capital di Abu Dhabi.
Baca Juga: ETF Kripto Siap Banjiri Pasar AS, Regulator Permudah Aturan Persetujuan
Arab Saudi memang tengah gencar menarik investor asing melalui berbagai inisiatif, termasuk pembentukan dana indeks (ETF) bersama mitra Asia di Jepang dan Hong Kong.
Pada Januari lalu, regulator juga membuka peluang bagi investor asing untuk membeli saham emiten yang memiliki aset properti di Mekkah dan Madinah, meski larangan kepemilikan langsung tanah tetap berlaku.
Sementara itu, saham Dubai dan Abu Dhabi turun lebih dari 1% pada Rabu, yang disebut Yasin sebagai reaksi terhadap potensi perubahan regulasi di Saudi tersebut.