Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Produsen pesawat Boeing Co. dikabarkan telah bekerjasama dengan bank-bank investasi dalam rangka pembiayaan berskema obligasi dengan nilai miliaran dolar. Rencana tersebut bertujuan untuk menopang neraca keuangan yang mengalami penurunan tajam di tengah pandemi.
Mengutip artikel Reuters, Rabu (29/4) Boeing optimis pihaknya dapat memanfaatkan investor di pasar modal untuk memperkuat keuangannya, walau perusahaan juga sebelumnya telah meminta pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk memberikan bantuan. Menurut narasumber Reuters, Boeing sudah menggandeng bank investasi dan kemungkinan akan melakukan penawaran ke pasar dalam beberapa hari ke depan, asalkan kondisi pasar menguntungkan.
Baca Juga: Usai Corona, Cina Diprediksi Tetap Jadi Pemasok Utama Global
Namun, hingga saat ini perusahaan belum menentukan jadwal yang tepat untuk melangsungkan penerbitan obligasi. Menurut hitung-hitungan awal, aksi korporasi ini dapat meraup investasi senilai US$ 10 miliar atau lebih, tergantung pada permintaan investor saat surat utang diterbitkan.
Kendati menolak berkomentar dan tidak menanggapi isu tersebut, Boeing kemungkinan besar akan menguraikan opsi pendanaan tersebut bertepatan pada paparan kinerja kuartal I 2020 yang dijadwalkan Rabu (29/4) waktu setempat.
Sejatinya, Boeing juga telah mempertimbangkan permohonan bantuan ke Kementerian Keuangan AS untuk program pendanaan sebesar US$ 17 miliar. Tetapi, sampai saat ini Kepala Eksekutif Boeing David Calhoun belum menyepakati hal tersebut, lantaran adanya aturan yang melekat pada bantuan tersebut, terutama kemungkinan perusahaan harus memberikan saham ke pemerintah.
Baca Juga: Tembus 1 Juta Kasus, AS Pertimbangkan Tes Corona untuk Penerbangan Internasional
Boeing juga telah mencari opsi pendanaan lain yang tersedia, salah satunya pinjaman dari bank sentral The Federal Reserve (The Fed) AS. Salah satu program The Fed yang baru yakni bantuan likuiditas juga ditujukan ke perusahaan yang terdampak perlambatan ekonomi akibat virus corona (Covid-19) yang bertajuk Primary Market Corporate Credit Facility.