Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Setalah Google menarik diri dari China pada tahun 2010, pemimpin pasar lokal yakni Baidu memonopoli secara de facto dalam bisnis layanan pencarian berbasis internet.
Namun, kondisi ini mungkin dalam waktu dekat bakal berubah. Sebabnya, ByeteDance perusahaan rintisan (start-up) asal Beijing mulai unjuk gigi dalam urusan aplikasi.
Hal ini dibuktikan lewat peluncuran aplikasi berbagi video pendek yang diberi nama TikTok yang kini sudah mulai banyak dilirik para pengiklan dan tentunya menjadi ancaman terhadap bisnis iklan yang telah menjadi pemicu keuntungan Baidu.
Baca Juga: Tik Tok bareng Kempar promosi 10 destinasi pariwisata Indonesia
ByteDance, yang dikenal secara agresif merekrut sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, kini berencana mengubah model bisnisnya ke arah mesin pencari, serupa dengan Baidu.
"Mulai dari 0 hingga 1, kami sedang membangun mesin pencari umum untuk para pengguna, dengan lebih ideal," menurut postingan perusahaan pada layanan pesan WeChat yang dilansir oleh South China Morning Post, Jumat (2/8).
ByteDance kemungkinan tidak akan membuat mesin pencari yang berdiri sendiri, diperkirakan layanan yang akan diberikan akan berbeda dengan situs Baidu atau Google yakni melakukan pencarian menggunakan komputer atau telepon pintar. Sebab, menurut ByteDance, kebanyakan orang di China tidak melakukan hal tersebut.
Baca Juga: Pemerintah China minta Baidu dan Sohu bersihkan konten terlarang
Sebagai gantinya, pencarian ByteDance akan tertanam dalam aplikasi khusus, dimulai dari layanan berita Jinri Toutiao, yang akan memungkinkan pengguna untuk dengan cepat mencari berita, informasi atau produk terkait dan kelak ByteDance akan dapat meraup cuan dari pencarian dengan menampilkan iklan.
Layanan ini pun, akan dapat digunakan melalui TikTok. Perusahaan rintisan yang sudah menjadi besar ini juga telah merekrut staf dari perusahaan besar termasuk dari Baidu, Google dan Microsot Corp's Bing.
Zhang Yiming, pendiri ByteDance mengatakan ini merupakan momentum baginya untuk mulai menunjukkan kepada dunia mengenai ambisinya yang luas untuk menciptakan raksasa teknologi global.
Baca Juga: Tik Tok dan revolusi bisnis
Setelah menciptakan Jinri Toutiao di China, ia telah mengubah TikTok menjadi hit global, dengan penggemar mulai dari Beijing ke Boston hingga Bangalore. Valuasi start-up yang berusia tujuh tahun ini telah melonjak menjadi US$ 75 miliar, lebih tinggi dari rata-rata start-up di dunia.
ByteDance pun sekarang mencari cara untuk memperluas cakupan bisnis lewat lebih banyak aplikasi dan telepon pintar sendiri.
Baidu, di sisi lain tengah berjuang dengan adanya gangguan dari saingan yang lebih besar yakni Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings.
Robin Li Yanhong, pendiri dan CEO Baidu telah melihat nilai kekayaannya merosot lantaran nilai alias harga perusahaan telah jatuh. Kini, valuasi Baidu hanya senilai US$ 39 miliar, sekitar setengah dari yang terjadi dua tahun sebelumnya.