Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CEO Tesla, Elon Musk, mengalami penurunan kekayaan yang sangat signifikan sepanjang tahun 2025, meskipun ia masih menduduki peringkat pertama dalam daftar orang terkaya dunia versi Bloomberg Billionaires Index.
Per 6 Juli 2025, kekayaan Musk tercatat sebesar US$361 miliar, setelah mengalami penurunan sebesar US$71,4 miliar sejak awal tahun setara dengan rata-rata kerugian harian sekitar US$381,3 juta, menurut data yang dihimpun oleh Finbold.
Satu-Satunya Miliarder Top dengan Penurunan Kekayaan
Menariknya, Musk menjadi satu-satunya dari lima besar orang terkaya dunia yang mencatat kerugian kekayaan sepanjang tahun ini. Di bawah Musk, CEO Meta Mark Zuckerberg membuntuti dengan kekayaan sebesar US$254 miliar, naik US$46,3 miliar secara year-to-date (YTD) dan memperoleh tambahan US$1,87 miliar hanya dalam satu sesi perdagangan terakhir.
Baca Juga: Kalahkan Elon Musk dan Jeff Bezos, Inilah Orang Terkaya Sepanjang Sejarah
Pendiri Oracle Larry Ellison menempati posisi ketiga dengan kekayaan US$253 miliar, setelah mencatatkan keuntungan harian terbesar sebesar US$6,52 miliar dan kenaikan YTD sebesar US$60,7 miliar. Diikuti oleh pendiri Amazon Jeff Bezos dengan kekayaan US$244 miliar, naik US$,26 miliar dalam sehari dan US$5,33 miliar sepanjang tahun.
Sementara itu, mantan CEO Microsoft Steve Ballmer berada di posisi kelima dengan total kekayaan US$172 miliar, memperoleh US$2,47 miliar dalam sesi terakhir dan mengalami kenaikan US$25,5 miliar YTD.
Mengapa Kekayaan Elon Musk Merosot Tajam?
Penurunan besar dalam kekayaan Elon Musk sebagian besar disebabkan oleh kemerosotan saham Tesla, yang turun lebih dari 16% sepanjang 2025 dan diperdagangkan di angka US$315,35 per 6 Juli.
Tesla mengalami tantangan berat, mulai dari penurunan permintaan global untuk kendaraan listrik (EV), hingga persaingan yang semakin ketat dari produsen mobil Cina seperti BYD. Pada kuartal kedua tahun ini, pengiriman kendaraan Tesla turun 13% secara tahunan, mencerminkan melemahnya daya saing di berbagai pasar utama.
Brand Tesla juga tertekan oleh kampanye “Tesla Takedown” yang merebak di Amerika Utara dan Eropa. Kampanye ini didorong oleh kekecewaan terhadap keputusan politik dan bisnis Musk, yang memicu ajakan boikot, penurunan nilai jual kembali mobil Tesla, dan kerusakan reputasi perusahaan secara menyeluruh.
Baca Juga: Apakah Partai yang Diusulkan Elon Musk, 'America Party' bisa Terealisasi?
Hubungan Musk dengan Presiden AS Donald Trump juga menambah tekanan. Trump secara terbuka mengkritik ketergantungan Tesla terhadap insentif pajak kendaraan listrik (EV tax credits), dan bahkan menyarankan untuk mengakhiri kontrak pemerintah dengan SpaceX.
Pernyataan ini memicu volatilitas tajam pada saham Tesla dan SpaceX, dengan laporan bahwa hampir US$12 miliar kekayaan Musk terhapus hanya dalam satu hari perdagangan.
Kondisi ekonomi global yang tidak menentu juga berkontribusi terhadap tekanan pada kekayaan Musk. Di antaranya termasuk koreksi sektor teknologi, ketegangan dagang global, serta ketidakpastian regulasi yang menyelimuti industri kendaraan listrik dan luar angkasa.