Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Mungkin Anda sudah bisa memprediksi siapa negara pemilik miliarder terbanyak di dunia tahun 2025. Benar, jawabannya adalah Amerika Serikat.
Amerika Serikat saat ini tercatat sebagai negara pemilik miliarder, dalam hitungan dolar AS, terbanyak di dunia.
Mengacu data Forbes, AS menjadi rumah bagi 902 miliarder pada tahun 2025. Bukan cuma tahun ini, AS juga konsisten memiliki jumlah miliarder tertinggi setiap tahunnya.
Jumlah miliarder AS meningkat cukup signifikan dalam satu tahun. Menurut catatan Forbes, jumlah miliarder AS pada tahun 2024 adalah 813 orang.
Baca Juga: 10 Orang Terkaya di Dunia Akhir Juni 2025: Kekayaan Elon Musk Terus Menurun
Tidak hanya unggul dari segi jumlah, para miliarder AS juga ada di puncak daftar orang terkaya di dunia. Hingga akhir Juni 2025, delapan orang terkaya di dunia berasal dari AS.
Termasuk di antaranya adalah Elon Musk, Larry Ellison, Mark Zuckerberg, Jeff Bezos, dan Warren Buffet yang ada di lima besar daftar orang terkaya di dunia.
Di bawah Amerika Serikat, negara pemilik miliarder terbanyak selanjutnya adalah China, termasuk Hong Kong. Jumlah miliarder di China mencapai 516, masih sangat jauh di bawah AS. Selanjutnya ada India dengan 205 orang miliarder.
Baca Juga: 10 Orang Terkaya di Indonesia Akhir Juni 2025: Harta Prajogo Pangestu Terus Bertambah
Catatan menarik lainnya, ada 288 miliarder baru yang masuk daftar tahun 2025. Beberapa di antaranya merupakan nama selebriti populer seperti Arnold Schwarzenegger, Jerry Seinfeld, dan Bruce Springsteen.
Secara keseluruhan, hingga bulan bulan Maret 2025, Forbes mencatat ada 3.028 miliarder di seluruh dunia. Total kekayaan para miliarder itu mencapai US$16,1 triliun, peningkatan hampir US$2 triliun dari tahun 2024.
Mengutip Investopedia, industri teknologi menyumbang miliarder terbesar tahun ini. Pada tahun 2025, terdapat total 401 miliarder teknologi. Secara keseluruhan, kekayaan para miliarder teknologi mencapai US$3,2 triliun.
Tonton: Indonesia Tawarkan Proyek Mineral Kritis ke AS Jelang Deadline Negosiasi Tarif Trump