Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Peta politik Malaysia cepat berubah. Barisan Nasional (BN) yang semula mendukung Mahathir Mohamad untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia kembali, tiba-tiba mencabut dukungannya. Barisan Nasional mengusulkan parlemen dibuabarkan dan dilakukan pemilihan umum (pemilu).
Seperti dilaporkan Malay Mail, Barisan Nasional menarik menarik dukungan bagi Mahathir setelah mengetahui rencana Mahathir untuk membentuk pemerintah persatuan yang akan mencakup seluruh partai politik.
Baca Juga: Galang kekuatan, Mahathir Mohamad akan bentuk pemerintahan persatuan nasional
Dalam konferensi pers Selasa (25/2), Sekretaris Jenderal Partai Umno, Tan Sri Annuar Musa mengatakan, deklarasi yang ditandatangani anggota parlemen Barisan Nasional yang menegaskan dukungan untuk Mahathir dan dikirim ke Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong tidak berlaku.
Barisan Nasional tidak mau ada Partai Aksi Demokratik (DAP) dalam pemerintahan baru.
“Karena itu, pendirian kami dalam situasi ini adalah bahwa mandat harus diberikan kembali kepada rakyat, dan parlemen harus dibubarkan. Biarkan orang-orang yang memutuskan," kata Annuar.
Ia menambahkan proses politik apapun yang bukan dari pemilihan umum akan membahayakan masa depan bangsa.
Secara terpisah, Partai Islam se-Malaysia (PAS) juga mengatakan tidak akan bergabung dengan pemerintah koalisi yang termasuk DAP di dalamnya.
Baca Juga: Pilih perdana menteri baru, Raja Malaysia wawancara semua anggota parlemen
Sebelumnya, Reuters mengutip sejumlah sumber melaporkan, Mahathir sedang berusaha membentuk pemerintah persatuan nasional di bawah otoritas pribadinya dengan menyatukan partai-partai yang sebelumnya jadi lawan politik.
Mahathir mengusulkan gagasan koalisi besar pada pertemuan Selasa (25/2), dengan para pemimpin partai-partai politik besar, termasuk Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim dan orang-orang yang dikalahkannya dalam pemilihan.
Baca Juga: Raja Malaysia tunjuk Mahathir jadi perdana menteri sementara Malaysia
"Dia (Mahathir) memang orang yang paling mungkin menjadi perdana menteri berikutnya," kata anggota parlemen dari Partai Aksi Demokrat Ong Kian Ming.
Mahathir, pemimpin pemerintahan tertua di dunia yang kini berusia 94 tahun, mengundurkan diri pada Senin (24/2). Namun, Raja Malaysia segera mengangkatnya menjadi perdana menteri sementara, yang memungkinkannya mempertahankan otoritas pemimpin permanen.
Langkah ini secara efektif menghancurkan koalisi pemerintah yang rapuh yang telah dibentuk Mahathir dengan saingan lama Anwar Ibrahim, 72 tahun , untuk memenangkan pemilihan 2018 pada platform anti-korupsi.
Baca Juga: Anwar Ibrahim: Mahathir tidak terlibat dalam upaya perebutan kekuasaan