Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Para ilmuwan menemukan bukti ini dengan meneliti rasio isotop rutenium dan tungsten pada batuan vulkanik dari Hawaii, Pulau Baffin, Galápagos, dan La Réunion. Mereka menemukan kelainan isotop rutenium yang mengindikasikan bahwa batuan tersebut berasal dari batas antara inti dan mantel Bumi.
Proses ini terjadi karena adanya arus konveksi yang membawa unsur dari inti ke mantel, kemudian ke kerak bumi melalui aktivitas vulkanik. Artinya, emas dari dalam Bumi memang perlahan-lahan naik ke permukaan, meskipun prosesnya memakan waktu ratusan juta tahun.
Bagi yang tidak sabar menunggu, ada opsi lain: pergi ke asteroid. Beberapa asteroid, seperti 16 Psyche, merupakan sisa pembentukan tata surya dan sangat kaya logam.
Baca Juga: Penjelasan Chat Audio Grup WhatsApp dan Bagaimana Cara Menggunakan Fitur Tersebut
Jika asteroid ini benar-benar mengandung logam mulia seperti emas, nilainya bisa mencapai US$ 10.000 kuadriliun, menjadikannya incaran potensial dalam eksplorasi luar angkasa.
Jadi, meskipun emas di inti Bumi belum bisa kita sentuh, setidaknya kita tahu: kekayaan terbesar planet ini ada tepat di bawah kaki kita, menunggu waktu yang sangat, sangat lama untuk muncul ke permukaan.