kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cemas virus corona, begini nasib asisten rumah tangga Indonesia di Hong Kong


Rabu, 05 Februari 2020 / 10:14 WIB
Cemas virus corona, begini nasib asisten rumah tangga Indonesia di Hong Kong
ILUSTRASI. Antrean pembelian masker di Hong Kong. REUTERS/Tyrone Siu


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Antrian panjang telah menjadi pemandangan umum di sekitar kota karena penduduk Hong Kong tengah berjibaku untuk membeli persediaan masker. Mereka rela menunggu beberapa jam di toko ritel dan apotek. Tak hanya itu, beberapa perusahaan menjual barang-barang tersebut dengan harga yang jauh lebih tinggi karena kelangkaan dan kenaikan permintaan.

Cynthia Abdon-Tellez, kepala Mission for Migrant Workers dan co-founder Bethune House, berpendapat bahwa "masker dan pembersih tangan harus diberikan tidak hanya kepada pekerja rumah tangga tetapi juga untuk semua orang yang membutuhkan ... Jika terlalu banyak untuk majikan, mereka harus menuntut pemerintah memantau harga secara efektif dan membantu distribusi.”

Baca Juga: Pemerintah akan fasilitasi visa overstay bagi wisatawan asal China

Dia mengatakan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan wanita di dua tempat penampungan yang dikelola oleh Bethune House, yang menyediakan penginapan, makanan, kesejahteraan, pedoman kasus dan pelatihan untuk migran yang rentan. Mission for Migrant Workers and Bethune House mulai mengumpulkan sumbangan sejak minggu lalu.

“Kami menerima satu liter sanitiser dan beberapa orang menyumbangkan sedikit uang. Tapi itu tidak cukup," kata Adbon-Tellez. "Kami memiliki sekitar 30 wanita yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di ruang yang sama dan kami juga menyediakan makanan sehari-hari untuk 15 wanita lainnya."

Baca Juga: Bandara Ngurah Rai hentikan seluruh penerbangan dari dan ke China

Beberapa pekerja juga dipecat karena semakin banyak majikan mereka memilih untuk meninggalkan kota di tengah krisis saat ini.

"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah menerima beberapa pertanyaan dari orang-orang yang kontraknya diputus karena majikan mereka meninggalkan Hong Kong," kata Abdon-Tellez. “Majikan lain yang tinggal di sini menyuruh mereka kembali ke negara mereka hingga krisis teratasi. Pekerja prihatin karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan."




TERBARU

[X]
×