kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.483.000   -4.000   -0,16%
  • USD/IDR 16.757   21,00   0,13%
  • IDX 8.610   -8,64   -0,10%
  • KOMPAS100 1.188   4,72   0,40%
  • LQ45 854   1,82   0,21%
  • ISSI 307   0,26   0,08%
  • IDX30 439   -0,89   -0,20%
  • IDXHIDIV20 511   -0,15   -0,03%
  • IDX80 133   0,33   0,25%
  • IDXV30 138   0,47   0,34%
  • IDXQ30 140   -0,47   -0,33%

China akan pangkas pendapatan pajak untuk genjot ekspansi di 2012


Selasa, 13 Desember 2011 / 11:39 WIB
China akan pangkas pendapatan pajak untuk genjot ekspansi di 2012
ILUSTRASI. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menerima vaksinasi Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta (13/1/2021).


Sumber: Bloomberg | Editor: Rizki Caturini

BEIJING. China kemungkinan bakal memangkas biaya pajak untuk merangsang peningkatan ekspansi negara di tahun depan. Hal ini akan dilakukan pemerintah untuk memperkecil dampak pelemahan ekspor serta potensi kredit macet dari stimulus yang dikeluarkan pemerintah.

Dalam Konferensi Ekonomi di Beijing yang dimulai sejak kemarin (12/12), tersirat Perdana Menteri China Wen Jiabao, akan memangkas pajak setelah pendapatan fiskal melonjak melampaui target pemerintah tahun ini. Dengan pungutan pajak yang lebih rendah, ini akan memacu kegiatan konsumsi masyarakat tanpa ada risiko kredit macet.

Lemahnya ekspansi dan peningkatan harga properti membuat pendapatan fiskal China di atas target. Dalam 11 bulan terakhir pendapatan fiskal China mencapai 9,73 triliun yuan. Angka itu di atas target setahun yang sebesar 8,97 triliun yuan.

Pelemahan permintaan properti di China diprediksi akan berlanjut di 2012. Fitch Ratings hari ini (13/12) menyatakan, properti di China akan melambat di 2012. "Bisnis pengembang kecil akan rentan akibat menurunnya permintaan di tengah ketatnya likuiditas," ujar analis Fitch Ratings dalam risetnya.

Tak kondusifnya perekonomian negara tercermin juga dari Bursa Shanghai Composite Index yang telah mencatatkan pelemahan hingga 25% tahun ini dari tingkat tertingginya di bulan April 2011. Ini terjadi akibat munculnya kekhawatiran setelah pemerintah menghentikan stimulus, besarnya utang pemerintah serta harga properti yang meningkat.








TERBARU

[X]
×