kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

China bisa gunakan logam langka sebagai senjata dalam perang dagang


Senin, 27 Mei 2019 / 10:45 WIB
China bisa gunakan logam langka sebagai senjata dalam perang dagang


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China nampaknya masih terus mencari senjata untuk menghadapi Amerika Serikat dalam perang dagang. Salah satu cara potensial yang bisa diandalkan oleh China adalah logam langka.

Sejumlah mineral merupakan unsur yang sangat penting untuk produksi komponen pada sejumlah produk teknologi. Mulai dari kendaraan listrik, kamera iPhone, hingga peluru kendali yang dimiliki militer AS.

Nah, sejumlah unsur tersebut diketahui berada di China. Selain menambang, negara tersebut pun memurnikan unsur-unsur tersebut.

Ketika ketegangan perang dagang meningkat, sejumlah pengamat mempertanyakan apakah Beijing akan menggunakan dominasinya dalam produksi logam tanah jarang tersebut untuk menghadapi AS dalam perang dagang.

Spekulasi ini juga makin meningkat setelah pada pekan ini Presiden China Xi Jinping dan sejumlah negosiator perdagangan utamanya difoto di sebuah pabrik penambangan dan pengolahan logam langka di provinsi Jiangxi di China timur.

Wilayah tersebut memang dikenal sebagai kunci untuk menambang logam langka yang digunakan dalam kendaraan listrik.

Saham perusahaan pertambangan logam langka di China pun telah melonjak sejak kunjungan tersebut. Pasalnya investor telah mengantisipasi pengetatan pasokan beberapa jenis logam yang berpotensi mengerek harga jual yang lebih tinggi.

Helen Lau, analis senior dan kepala penelitian logam dan pertambangan di Argonaut mengatakan harga logam yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik dan sejumlah alat pertahanan telah meningkat 30% tahun ini.

"Saya pikir itu agak sembrono, bila China melarang ekspor tanah jarang ke AS secara langsung," kata Lau. 

Lau percaya China pada akhirnya akan bergerak untuk mengurangi ekspor logam langka untuk memenuhi permintaan domestiknya sendiri. "Semua orang tahu bahwa Tiongkok membutuhkan tanah langka untuk industri kendaraan listriknya," kata Lau. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×