kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.350   -1,00   -0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

China Copot Menteri Pertahanan Setelah Menghilang 2 Bulan


Rabu, 25 Oktober 2023 / 05:22 WIB
China Copot Menteri Pertahanan Setelah Menghilang 2 Bulan
ILUSTRASI. China memutuskan untuk memecat menteri pertahanannya, Li Shangfu. REUTERS/Caroline Chia


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China memutuskan untuk memecat menteri pertahanannya. 

Ini merupakan pemecatan pemimpin senior di pemerintahan China yang kedua dalam tiga bulan terakhir.

Kejadian ini memicu munculnya pertanyaan tentang stabilitas tim kabinet di lingkaran Presiden China Xi Jinping.

Mengutip Al Jazeera, Jenderal Li Shangfu telah absen dari publik selama dua bulan. 

Menurut media pemerintah China yang diterbitkan Selasa (24/10/2023), sang jenderal diberhentikan dari jabatannya sebagai menteri pertahanan dan anggota dewan negara.

Selain itu, China juga mengumumkan bahwa Qin Gang, 57 tahun, juga dicopot dari jabatan anggota dewan negaranya.

Sebelumnya, Qin Gang sudah terlebih dulu dicopot dari jabatan menteri luar negeri pada bulan Juli lalu.

Baca Juga: Dunia Menyoroti Pertemuan Dua Sahabat Xi Jinping & Vladimir Putin

Legislator terkemuka China, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, menyetujui pemecatan kedua mantan menteri tersebut. 

Demikian laporan stasiun televisi pemerintah CCTV, tanpa memberikan penjelasan apa pun.

Wang Yi, seorang diplomat veteran, diumumkan sebagai pengganti Qin dan mengambil alih jabatan menteri luar negeri pada bulan Juli.

Namun Li, 65 tahun, yang menjadi menteri pertahanan selama perombakan kabinet pada bulan Maret, belum terlihat lagi sejak memberikan pidato pada tanggal 29 Agustus.

Mantan menteri tersebut saat ini berada di bawah sanksi Amerika Serikat terkait posisinya yang mengawasi pembelian senjata dari Rusia yang melarangnya memasuki negara tersebut. 

China sendiri belum mengakui sanksi AS.

Sejak saat itu, China memutuskan kontak dengan militer AS, terutama sebagai bentuk protes atas penjualan senjata AS ke Taiwan.

Meskipun tidak ada tanda-tanda bahwa hilangnya Qin dan Li menandai perubahan dalam kebijakan luar negeri atau pertahanan Tiongkok, hal tersebut menimbulkan pertanyaan tentang lingkaran kekuasaan Presiden Xi.

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Percaya Diri dengan Masa Depan Ekonomi China

Xi dikenal sangat menghargai kesetiaan dan berjanji untuk menghapuskan segala bentuk korupsi di sektor publik dan swasta.

Hal ini juga termasuk apa yang kadang-kadang dilihat sebagai metode untuk menghilangkan saingan politik dan memperkuat posisi politiknya di tengah masalah ekonomi dan meningkatnya ketegangan dengan AS. 

Namun pengumuman dari CCTV tentang masa depan Li dan Qin memastikan akhir karir politik mereka setelah dicopot dari kabinet Tiongkok dan pusat kekuasaan pemerintahan.

Masih belum jelas apakah kedua pria tersebut akan menghadapi tuntutan atau sanksi hukum lainnya.

China selama ini dikenal dengan sistem politik dan hukum yang tidak jelas. 

Kurangnya informasi terkait pemecatan kedua mantan pejabat tersebut membuat sejumlah pihak mempertanyakan apakah hal tersebut disebabkan oleh korupsi atau perselisihan dengan tokoh-tokoh berpengaruh.

Tahun lalu, mantan Menteri Perindustrian Xiao Yaqing menghilang dari pandangan publik selama hampir sebulan sebelum terungkap bahwa dia sedang diselidiki karena korupsi.

Baca Juga: Menhan China Tengah Diselidiki Kasus Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa

Mengutip ABC News, CCTV juga mengumumkan penunjukan baru Lan Fo'an sebagai menteri keuangan. 

Kemudian, Yin He'jun ditunjuk sebagai menteri ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain menangani apa yang tampak sebagai masalah politik dalam negeri, partai yang berkuasa China juga sedang berjuang untuk menghidupkan kembali perekonomian yang telah terkena dampak parah dari sejumlah faktor. 

Mulai dari kebijakan “zero-Covid” yang kejam, populasi yang menua, tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi, hingga pergerakan banyak warga dari masyarakat terkaya dan berpendidikan terbaik ke masyarakat yang lebih liberal di luar negeri.




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×