kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China dan Bank Dunia Jajaki Solusi Restrukturisasi Utang Negara-negara Miskin


Rabu, 12 April 2023 / 10:57 WIB
China dan Bank Dunia Jajaki Solusi Restrukturisasi Utang Negara-negara Miskin
ILUSTRASI. China dan World Bank sedang menjajaki kompromi mengenai cara merestrukturisasi utang negara-negara miskin.ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. China dan World Bank (Bank Dunia) sedang menjajaki kompromi mengenai cara merestrukturisasi miliaran dolar utang yang dimiliki oleh negara-negara miskin. Keduanya tengah mencari terobosan agar utang-utang negara-negara miskin atau berkembang ke China bisa terlunasi.

Bloomberg News pada Rabu (12/4) melaporkan, diskusi antara China dan Bank Dunia dilaksanakan di Washington, selama Pertemuan Musim Semi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). 

Pertemuan ini bertujuan untuk mengakhiri kebuntuan di antara negara-negara kreditur terbesar di dunia tentang bagaimana menegosiasikan kembali utang beberapa negara miskin yang telah menjadi tidak berkelanjutan di tengah melonjaknya inflasi dan menguatnya nilai tukar dolar.

Baca Juga: SOS, Utang Terus Menggunung, Negara-Negara Ini Kesulitan Membayar Tagihan

Sebuah proposal yang sedang dibahas akan membuat Bank Dunia memberikan pinjaman baru berbunga rendah, yang dikenal sebagai pinjaman lunak dan hibah-hibah lain kepada negara-negara yang hampir mengalami gagal bayar. 

Adapun, inti dari kompromi yang disepakati adalah Bank Dunia akan meningkatkan bantuan daruratnya kepada negara-negara yang mengalami kesulitan utang.

Namun, para pejabat dari sejumlah negara memperingatkan bahwa terobosan besar tidak mungkin terjadi minggu ini lantaran posisi China masih belum jelas.

Upaya penghapusan utang, yang diluncurkan oleh Kelompok 20 pada akhir 2020, dimaksudkan sebagai cara untuk mengoordinasikan negara-negara kreditor tradisional, seperti Amerika Serikat dan Prancis, dengan kreditor negara berkembang, terutama China sebagai pemberi pinjaman terbesar bagi negara-negara berkembang.

Namun mekanisme tersebut, yang dikenal sebagai Kerangka Kerja Bersama, telah mengalami penundaan berulang kali karena perbedaan tentang bagaimana memperlakukan berbagai bentuk utang. 

Beijing telah mendorong agar pinjaman dari bank-bank pembangunan multilateral, seperti Bank Dunia, diperlakukan sama dengan utang lainnya yang berarti semua orang mengambil potongan yang sama, atau kerugian, dari apa yang mereka miliki.

Kondisi ini telah ditolak oleh AS dan negara-negara lain, yang berpendapat bahwa langkah seperti itu akan merugikan status kreditur pilihan bank-bank multilateral yang memungkinkan mereka untuk meminjam dan meminjamkan uang dengan harga murah.

Sementara itu, The Wall Street Journal melaporkan tentang kemungkinan kompromi dalam pembicaraan. Reuters melaporkan pada hari Selasa malam bahwa Cina akan menurunkan permintaannya untuk pinjaman multilateral.

Baca Juga: Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Tetap Sehat Meski Diperkirakan Tumbuh 4,9% di 2023

Asal tahu saja, lebih dari 70 negara berpenghasilan rendah menghadapi beban kolektif sebesar US$ 326 miliar. Sekitar 15% dari negara-negara berpenghasilan rendah sudah berada dalam kesulitan utang dan 45% lainnya menghadapi kerentanan utang yang tinggi dan daftarnya terus bertambah.

Di antara kompromi-kompromi yang sedang didiskusikan adalah tenggat waktu tiga bulan sejak IMF mencapai kesepakatan tingkat staf dengan negara debitor bagi para kreditor untuk menawarkan jaminan pembiayaan. Jaminan-jaminan seperti itu sangat penting bagi dewan IMF untuk menyetujui pinjaman apa pun.

Jika konsensus tidak tercapai dalam jangka waktu tersebut, IMF dapat menggunakan apa yang disebutnya sebagai kebijakan tunggakan pinjaman untuk mencairkan uang. Ketentuan tersebut bertujuan untuk mencegah kreditur memblokir bantuan kepada negara yang kekurangan dana yang telah menunjukkan komitmen untuk memenuhi persyaratan pinjaman.

Untuk membantu proses Kerangka Kerja Bersama berjalan lebih lancar ke depannya, IMF dan Bank Dunia mungkin juga akan memberikan analisis keberlanjutan utang bersama untuk para debitor dengan semua kreditor pada saat yang sama untuk meningkatkan transparansi.




TERBARU

[X]
×