Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - DAVOS. China tidak bertujuan untuk mengejar surplus perdagangan dan siap mengimpor lebih banyak produk serta layanan yang kompetitif dan berkualitas tinggi guna menyeimbangkan perdagangan, ujar Wakil Perdana Menteri China, Ding Xuexiang, pada Selasa (21/1/2025).
Berbicara dalam pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) ke-55 di Davos, Swiss, Ding menegaskan bahwa globalisasi ekonomi merupakan proses yang saling menguntungkan dan mendorong kemajuan bersama.
“Proteksionisme tidak memberikan hasil apa-apa, dan tidak ada pihak yang menang dalam perang dagang,” katanya, seraya menegaskan bahwa multilateralisme adalah jalan yang tepat untuk menjaga perdamaian dunia dan mendorong pembangunan manusia.
Baca Juga: Surplus Dagang Indonesia Jadi Sasaran Kebijakan Tarif Trump 2.0
Para pembuat kebijakan China kini meningkatkan upaya untuk memacu ekonomi yang sedang goyah di tengah kekhawatiran akan kemungkinan kenaikan tarif oleh Amerika Serikat setelah pelantikan Presiden Donald Trump pada Senin.
Trump, yang sebelumnya diperkirakan akan segera mengenakan tarif pada China, justru menahan diri untuk tidak melakukannya pada hari pertamanya kembali ke Gedung Putih.
China juga membuka pintu bagi lebih banyak investasi oleh perusahaan asing, ujar Ding, sambil menambahkan bahwa pihaknya bersedia menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh perusahaan domestik maupun asing.
Baca Juga: Faktor AS dan China Mengusik Surplus Dagang
Ding memimpin delegasi resmi pemerintah China di WEF minggu ini, menjadikannya pejabat China dengan jabatan tertinggi kedua yang bertemu dengan pebisnis global dan elit politik di KTT Davos sejak kehadiran Presiden Xi Jinping pada 2017.
Keterbukaan Ekonomi
Perdana Menteri China, Li Qiang, menghadiri forum tersebut tahun lalu dan menyampaikan pidato utama yang menyoroti keterbukaan ekonomi China serta potensi investasi asing.
Dalam pidatonya tahun ini, Ding menyampaikan bahwa perkembangan ekonomi China yang stabil dan sehat akan memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi global.
Namun, krisis properti yang berkepanjangan, tingginya utang pemerintah daerah, serta lemahnya permintaan konsumen telah memperlambat pertumbuhan ekonomi China. Ekspor, yang menjadi salah satu sektor andalan, kemungkinan menghadapi tarif AS lebih dari 60% jika Trump memenuhi janji kampanyenya.
Baca Juga: Indonesia Raih Surplus dagang dengan AS, Tapi Defisit dengan China pada Oktober 2024
Pada 2024, Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 5%, sesuai dengan target pemerintah, tetapi pertumbuhan tersebut tidak merata. Banyak warga mengeluhkan penurunan standar hidup, yang memicu kekhawatiran akan semakin dalamnya masalah struktural menjelang 2025.
Meskipun pemerintah diperkirakan tetap mempertahankan target pertumbuhan PDB sekitar 5% pada 2025, para analis memperkirakan pertumbuhan akan melambat menjadi 4,5% pada 2025 dan 4,2% pada 2026.
Selain itu, bisnis dan investor masih menghadapi kekhawatiran terkait ketidakpastian geopolitik dan peraturan. Penanaman modal asing langsung ke China tercatat turun 27,1% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 826,3 miliar yuan (US$ 112,75 miliar), menurut data resmi.
Ding, 62 tahun adalah salah satu pemimpin dengan peringkat tertinggi keenam di Komite Tetap Politbiro, badan pemerintahan tertinggi yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping.
Baca Juga: China Luncurkan Stimulus Terakhir untuk Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
Sebelum menjabat posisi saat ini pada 2022, Ding adalah kepala staf Xi dan dikenal sebagai salah satu loyalis utama dalam kepemimpinan baru.
Selain menyampaikan pesan mengenai perekonomian China, para investor juga akan mencermati pertemuan-pertemuan tertutup selama acara, terutama antara delegasi resmi China dan para investor global serta eksekutif bisnis.
Presiden dan CEO WEF, Borge Brende, menyatakan pekan lalu bahwa Trump, yang sebelumnya dua kali menghadiri Davos, akan bergabung secara digital pada 23 Januari. Ia menggambarkan partisipasi tersebut sebagai momen yang sangat istimewa untuk memahami prioritas kebijakan pemerintahan Trump.
Baca Juga: Cuil Kue di Luar China, Trimegah Bangun Persada (NCKL) Kejar Kenaikan Produksi
Topik yang dibahas dalam Davos mencakup ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang meningkat, ketegangan perdagangan, tujuan iklim, hingga potensi kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan kualitas hidup.