Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - China menghentikan rencana pembangunan beberapa smelter tembaga baru, sebagai upaya menekan anjloknya biaya pemrosesan (processing fees) yang kini jatuh di bawah nol, kata Wakil Presiden Asosiasi Logam Nonferrous China pada Rabu (26/11/2025).
Ekspansi masif kapasitas peleburan tembaga di China di tengah ketatnya pasokan konsentrat global telah mendorong biaya pemrosesan ke level negatif secara historis.
Baca Juga: China Borong 10 Kargo Kedelai AS, Sinyal Perdamaian Makin Kencang
Artinya, smelter harus membayar penambang untuk mendapatkan konsentrat, kebalikan dari praktik normal di mana penambang membayar smelter untuk memurnikan bijih menjadi logam.
Kelebihan kapasitas ini memaksa smelter di sejumlah negara memangkas produksi dan memicu protes dari beberapa pemerintah.
Chen Xuesen, Wakil Presiden China Nonferrous Metals Industry Association mengatakan, China telah menghentikan pembangunan sekitar 2 juta ton kapasitas smelter yang sebelumnya direncanakan.
Ia menyampaikan hal ini dalam World Copper Conference Asia 2025 di Shanghai.
Pertumbuhan investasi aset tetap di industri tersebut juga anjlok, hanya naik 0,4% per September, jauh turun dari 23% pada awal tahun.
“Investasi berlebihan di industri ini kini berada dalam kendali yang efektif,” kata Chen. “Ke depan, China akan secara ketat membatasi kapasitas smelting baru. Industri pemurnian dan pemrosesan tembaga di China tidak lagi mengejar pertumbuhan kuantitas.”
Baca Juga: Mobil China GWM Pacu Penjualan, Siapkan Pabrik Eropa 300.000 Unit Per Tahun
Desakan agar Biaya Pemrosesan Tidak Negatif
Negosiasi antara smelter China dan raksasa tambang tembaga Antofagasta terkait biaya pemrosesan untuk kontrak pasokan 2026 mulai berlangsung pekan ini.
Hasil pembicaraan ini akan menjadi tolok ukur bagi biaya pemurnian dan pengolahan konsentrat (TC/RCs) di China, yang secara tradisional dibayarkan penambang kepada smelter.
Chen menegaskan TC/RCs harus tetap berada di atas nol.
“Asosiasi Logam Nonferrous China dengan tegas menolak pemrosesan konsentrat tembaga secara gratis atau bertarif negatif,” ujarnya.
“Kami menyerukan industri tembaga global untuk menghadapi kontradiksi struktural yang tidak berkelanjutan ini.”
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Rabu (26/11) Pagi: Brent ke US$ 62,67 & WTI ke US$ 58,09
Substitusi Aluminium Meningkat karena Harga Tinggi
Harga tembaga mencapai rekor US$11.200 per ton pada Oktober lalu.
Meski kini sedikit turun, harga yang masih tinggi telah mendorong peningkatan substitusi ke aluminium di berbagai sektor industri China.
“Ada ketidakpastian besar dalam asumsi bahwa intensitas penggunaan tembaga akan terus meningkat dalam jangka panjang,” kata Chen.
Ia mencatat konsumsi tembaga pada kendaraan listrik kini turun menjadi 50–70 kg per unit, dari 60–80 kg pada 2020.
Sementara itu, kandungan tembaga pada unit pendingin udara turun 67% sejak 2020 menjadi sekitar 4 kg per unit.













