Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pejabat China pada Kamis mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut "pada waktu yang tepat" serta membuka peluang untuk langkah-langkah stimulus tambahan jika pertumbuhan ekonomi keluar dari jalurnya.
Menteri Keuangan Lan Foan, Gubernur Bank Sentral China (PBOC) Pan Gongsheng, dan pejabat lainnya berbicara kepada media sehari setelah Perdana Menteri Li Qiang mengatakan bahwa Beijing menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada tahun ini di tengah dampak tarif perdagangan.
Baca Juga: China Temukan Harta Karun Energi Tak Terbatas, Cukup untuk Kebutuhan 60.000 Tahun!
Pan kembali menegaskan bahwa PBOC akan memangkas suku bunga dan menyuntikkan likuiditas ke sistem keuangan dengan menurunkan rasio cadangan perbankan "pada waktu yang tepat."
Dihadapkan pada tekanan deflasi dan meningkatnya ketegangan perdagangan, para pemimpin China pada Desember lalu mengubah kebijakan moneter mereka dari yang sebelumnya "prudent" selama 14 tahun menjadi "moderately loose" atau lebih longgar.
Sejak saat itu, Presiden AS Donald Trump telah menaikkan tarif terhadap China, mengancam sektor industri raksasa negara tersebut, di saat permintaan domestik yang lesu dan krisis sektor properti yang sarat utang semakin melemahkan ekonomi.
Baca Juga: Perang Dagang dengan AS Memanas, China Beralih ke Negara-Negara Ini
Namun, hingga kini PBOC belum menurunkan suku bunga atau rasio cadangan wajib perbankan (RRR), meskipun pada September 2024 mereka menyatakan akan menerapkan langkah tersebut sebelum akhir tahun.
Hambatan utama bagi pelonggaran kebijakan lebih lanjut adalah menjaga stabilitas mata uang yuan terhadap dolar, yang menjadi salah satu prioritas utama PBOC.
Para analis berpendapat bahwa mencegah pelemahan yuan lebih lanjut dapat menunjukkan itikad baik kepada Trump menjelang negosiasi perdagangan yang berpotensi membatasi tarif lebih tinggi.
Trump sebelumnya menyuarakan ketidakpuasan terhadap apa yang dia sebut sebagai tindakan China dan Jepang dalam "melemahkan" mata uang mereka.
Baca Juga: China Menyatakan Siap Berperang dengan Amerika
Mata uang yang lebih lemah membuat ekspor lebih kompetitif, sementara impor menjadi lebih mahal.
Trump menilai mitra dagang AS seharusnya tidak menggunakan mekanisme ini untuk keuntungan mereka.
Tanpa merujuk langsung pada komentar Trump, Pan pada Kamis menegaskan kembali bahwa PBOC berkomitmen menjaga stabilitas yuan pada "tingkat yang wajar dan seimbang."
Pan juga mengulangi pernyataan dalam laporan kerja Li Qiang bahwa pemerintah sedang merancang alat kebijakan moneter baru untuk mendukung investasi dan pembiayaan dalam inovasi teknologi, mendorong konsumsi, serta menstabilkan perdagangan luar negeri.
Sebagai bagian dari langkah ini, fasilitas pinjaman kembali (re-lending facility) untuk sektor teknologi akan diperluas dari 500 miliar yuan menjadi 1 triliun yuan (US$138 miliar), kata Pan.
Baca Juga: China Dorong Angka Kelahiran dengan Subsidi Anak dan Pendidikan Prasekolah Gratis
Di samping itu, Menteri Keuangan Lan Foan mengindikasikan bahwa pemerintah masih memiliki ruang untuk stimulus tambahan jika defisit anggaran yang lebih tinggi dan rencana penerbitan utang yang diumumkan pada Rabu dianggap belum cukup.
"Untuk menghadapi ketidakpastian eksternal dan domestik yang mungkin terjadi, pemerintah pusat telah menyiapkan berbagai instrumen cadangan serta ruang kebijakan yang memadai," ujar Lan.
Sementara itu, Kepala Perencana Negara Zheng Shanjie menyatakan optimisme bahwa China dapat mencapai target pertumbuhan meskipun ada tantangan eksternal dan lemahnya permintaan domestik.
China berencana meluncurkan proyek besar di sektor utama seperti perkeretaapian, tenaga nuklir, konservasi air, dan industri strategis lainnya guna menarik investasi swasta, tambah Zheng.