kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China memblokir situs berita Bloomberg


Sabtu, 30 Juni 2012 / 14:14 WIB
China memblokir situs berita Bloomberg
ILUSTRASI. Joe Biden saat menjabat Wakil Presiden Amerika Serikat berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Rusia, 10 Maret 2011.


Reporter: Edy Can, BBC | Editor: Edy Can

Warga yang tinggal di China tak lagi bisa mengakses situs berita Bloomberg. Ini setelah pihak otoritas memblokir situs tersebut.

Bloomberg memperkirakan pemblokiran ini terkait dengan berita tentang kekayaan keluarga Wakil Presiden China Xi Jinping. Xi Jinping sendiri dikabarkan akan menjadi calon presiden China mendatang.

China sendiri telah berulangkali mewanti-wanti untuk memblokir situ yang memuat informasi yang sensitif. Dua hari lalu, akun sosial media The New York Times juga diblokir selama beberapa jam.

"Situs berita Bloomberg.com dan Businessweek.com sekarang tidak bisa diakses. Kami percaya ini berkaitan dengan berita yang dipublikasikan Jumat pagi," kata Bloomberg kepada BBC.

Artikel yang diduga menjadi penyebab pemblokiran itu bercerita tentang kekayaan kerabat pada wakil presiden tersebut. Kekayaan itu mencapai miliaran dollar Amerika Serikat.

Kekayaan itu diinvestasikan dalam sebuah perusahaan dengan total aset sebesar US$ 376 juta. Selain itu, kerabat tersebut mempunyai 18% saham perusahaan tambang mineral langka dengan aset sebesar US$ 1,73 miliar dan saham sebesar US$ 20,2 juta di perusahaan teknologi.

"Seiring kedudukan Xi naik dalam Partai Komunis, ekspansi bisnis keluarganya di bidang tambang, real estate dan ponsel juga meningkat," tulis berita itu.

Artikel itu juga menceritakan keluarga Xi mempunyai vila di Hongkong yang diperkirakan senilai US$ 31,5 juta dan sedikitnya enam properti yang bernilai US$ 24,1 juta.

Pemblokiran ini bukanlah yang pertama kali terjadi. China telah berulangkali memblokir beberapa situs luar negeri seperti YouTube, Google+, Twitter, Facebook dan Foursquare.

"Pemerintah China sangat berhati-hati di satu sisi namun mereka juga khawatir laporang ini mungkin akan membangkitkan opini publik melawan Partai Komunis," kata ahli politik China, Dali Yang.


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×