kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

China menegaskan butuh kepemimpinan yang kuat atau akan hancur


Minggu, 29 September 2019 / 06:05 WIB
China menegaskan butuh kepemimpinan yang kuat atau akan hancur


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  BEIJING. Menjelang peringatan ulang tahun ke- 70 Republik Rakyat China (RRC), pemerintah Komunis menerbitkan sebuah makalah tentang kebijakan negara tersebut. Dalam makalah tersebut, dituliskan China membutuhkan kepemimpinan Partai Komunis yang kuat dan bersatu atau negara itu akan hancur.

Kantor Berita Kabinet China mengatakan dalam sebuah buku putih bahwa keberhasilan negara itu terjadi sejak Partai Komunis berkuasa di negeri tersebut 70 tahun lalu.

Baca Juga: Negosiasi dagang AS-China bisa lebih progresif, asal...

“Tiongkok sangat besar, memiliki kondisi nasional yang kompleks, dan kesulitan tata pemerintahannya jarang terlihat. Tanpa kekuatan kepemimpinan yang bersatu dan kuat, Tiongkok akan bergerak menuju perpecahan dan hancur, membawa bencana ke dunia," tulis makalah tersebut, seperti dilansir Reuters, Jumat (27/9).

Otoritas China telah lama membenarkan tindakan tegas dalam menangani masalah, seperti tindakan keras terhadap protes prodemokrasi di Beijing pada 1989. Hal itu diperlukan untuk stabilitas nasional.

Tangan kuat Presiden China, Xi Jinping, menjadi pemberitaan utama dalam menyongsong perayaan ulang tahun negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut pada hari Selasa. Xi telah memperketat aturan partai dan menindak mereka yang berpotensi menentang otoritas pemerintah sejak ia berkuasa akhir 2012 silam.

Xi juga mengawasi ketat program modernisasi militer yang telah membuat negara tetangganya gelisah.

Makalah tersebut juga menegaskan bahwa Negeri Tirai Bambu tersebut tidak berupaya mengekspor model pembangunannya ke negara lain, ataupun mengimpor model pembangunan negara asing ke China. Tiongkok hanya mencari perdamaian dan tidak melakukan hegemoni.

Baca Juga: Besok, aksi unjuk rasa besar-besaran anti-pemerintah akan berlangsung di Hong Kong

Makalah tersebut menuliskan, tidak ada dalam gen orang-orang China untuk menyerang orang lain atau mendominasi dunia. Kendati, pada zaman modern, China telah diganggu kekuatan besar, perang dan kekacauan yang telah meninggalkan kesan mendalam dengan penderitaan yang disebabkannya.

"Namun, tiongkok tidak akan pernah memaksakan penderitaan yang telah dialaminya pada pihak lain," tandas Makalah tersebut.

Negeri Panda ini merayakan peringatan ulang tahun ke-70 di saat ketidakpastian ekonomi tengah melanda negara tersebut. Negeir Tembok Raksaa ini terkunci dalam perang perdagangan yang pahit dengan Amerika Serikat dan menghadapi tantangan yang tidak mudah dari perlambatan ekonomi dan protes anti pemerintah di wilayah China yakni Hong Kong.

Baca Juga: Selain isu perang dagang, dua faktor ini juga bikin yuan keok

Kendati demikian, makalah tersebut mengingatkan, China tidak akan pernah menukar kepentingan nasionalnya dan tidak akan membiarkan keamanan serta kedaulatannya dikompromikan.

"Ancaman perang dagang dan berlanjutnya kenaikan tarif tidak kondusif untuk menyelesaikan masalah," tulis makalah tersebut, merujuk pada perselisihan dagang Beijing dengan Washington.

Surat kabar tersebut menyatakan, sistem ekonomi China telah matang, disokong sistem industri dan rantai distribusi yang lengkap. China juga memiliki ruang pasar yang luas dan momentum pembangunan ekonomi yang kuat.

"Perang dagang tidak akan pernah melemahkan itu," tulis makalah tersebut.

Baca Juga: Japan promotes China as bigger threat than nuclear-armed North Korea

China yakin memiliki kemampuan menghadapi kesulitan, mengubah krisis menjadi peluang dan membuka dunia baru. Amerika Serikat (AS) juga harus melihat secara rasional perkembangan China, karena Tiongkok tidak berniat menantang AS dan tidak ingin menggantikannya.

Namun, AS juga tidak bisa mengendalikan China dan bahkan lebih tidak mungkin menghentikan pembangunan Tiongkok. "Membatasi dan menekan negara lain dan mentransfer kontradiksi domestik ke luar negeri tidak akan membuat AS tetap kuat," tulis surat kabar tersebut.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×