Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Militer China pada hari Rabu (11/5) mengatakan telah memantau secara ketat sebuah kapal perang AS yang kembali berlayar di Selat Taiwan, wilayah sensitif pada hubungan China dan Taiwan.
Keberadaan kapal tersebut pun telah dikonfirmasi oleh Armada ke-7 Angkatan Laut AS pada hari Selasa (10/5). Mereka menyatakan telah mengirim kapal penjelajah berpeluru kendali USS Port Royal melakukan transit Selat Taiwan dalam program rutin dan telah sesuai dengan hukum internasional.
Dilansir dari Reuters, Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukannya telah memantau kapal secara menyeluruh serta memberi peringatan.
Baca Juga: Taiwan Menjadikan Perang Ukraina Sebagai Panduan dalam Latihan Militer Tahunan
Dalam pernyataannya, PLA menyebut AS sering menunjukkan aksi seperti itu dan memprovokasi masalah. Bagi China, tindakan AS tersebut dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan.
"Pasukan menjaga dengan kewaspadaan tinggi setiap saat, dengan tegas melawan semua ancaman dan provokasi, dan dengan tegas mempertahankan kedaulatan nasional dan keutuhan wilayah," ungkap militer China dalam pernyataannya,
Sementara itu, Angkatan Laut AS mengatakan bahwa kapal yang mereka kirim telah melakukan transit melalui koridor di Selat yang berada di luar laut teritorial negara mana pun.
Baca Juga: Terlalu Mahal, Taiwan Mengaku Tak Sanggup Membeli Helikopter Anti-kapal Selam dari AS
"Transit Port Royal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. MIliter AS terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun yang diizinkan oleh hukum internasional," ungkap Angkatan Laut AS.
Kementerian Pertahanan Taiwan pun membenarkan kunjungan kapal AS tersebut. Mereka menyebut USS Port Royal berlayar ke utara melalui Selat Taiwan dalam situasi yang normal.
AS, seperti banyak negara lainnya, memang tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Namun, AS telah setia menjadi pendukung perjuangan demokrasi Taiwan serta pemasok senjata utama negara tersebut. Kedekatan antara AS dan Taiwan ini membuat suasana di Selat Taiwan semakin panas.