Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China mengumumkan rencana untuk memperluas pasar perdagangan karbonnya dengan memasukkan sektor baja, semen, dan peleburan aluminium.
Kebijakan ini akan mewajibkan sekitar 1.500 perusahaan tambahan untuk membeli kredit guna menutupi emisi mereka, menurut pernyataan Kementerian Lingkungan Hidup China pada Rabu (26/3).
Baca Juga: Kurangi Dominasi China, Uni Eropa Tetapkan 47 Proyek Strategis untuk Logam Kritis
Dengan ekspansi ini, total volume karbon dioksida (CO₂) yang tercakup dalam skema perdagangan karbon China akan meningkat menjadi 8 miliar metrik ton, atau lebih dari 60% dari total emisi negara tersebut, kata juru bicara kementerian, Pei Xiaofei, dalam konferensi pers.
"Penyertaan sektor baru dalam skema ini tidak hanya akan mendukung target iklim China, tetapi juga menciptakan mekanisme pasar yang mendorong industri berat untuk menutup pabrik-pabrik yang usang dan berpolusi serta mengadopsi teknologi rendah karbon," ujar Pei.
Diluncurkan pada 2021, sistem perdagangan emisi China saat ini mencakup sekitar 5 miliar metrik ton emisi karbon dioksida dari lebih dari 2.200 perusahaan pembangkit listrik.
Setiap perusahaan yang terdaftar dalam skema ini diberikan kuota izin emisi gratis berdasarkan tolok ukur industri yang ditetapkan pemerintah.
Jika emisi mereka melebihi kuota tersebut, mereka harus membeli tambahan izin emisi di pasar.
Untuk sektor baru yang akan bergabung, hanya perusahaan dengan tingkat emisi tertinggi yang diwajibkan membeli izin tambahan di pasar selama fase awal implementasi.
Baca Juga: China Meyakinkan Apple, Pfizer, Cargill, dll Tentang Potensi Bisnis Negaranya
Pemerintah akan menetapkan kuota awal yang cukup besar untuk menutupi emisi mereka pada 2024.
Kuota emisi ini akan dikurangi secara bertahap, tetapi perbedaan antara alokasi dan emisi aktual akan dijaga dalam batas yang kecil guna mengurangi dampak ekonomi bagi industri, menurut catatan yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup China pada hari yang sama.