Sumber: Bloomberg | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China kembali memanas menjelang pembicaraan lanjutan perdagangan kedua negara di Washington pekan ini. Hal itu dipicu ancaman Presiden AS Donald Trump yang akan menaikkan tarif produk China lebih tinggi bila tidak tercapai kesepakatan dagang dengan China.
Mengutip Bloomberg, Senin (6/5), China tengah mempertimbangkan menunda perjalanan negosiator perdagangan utamanya ke Washingkton minggu ini setelah mendapat tekanan dari Trump soal tarif.
Sebab pada hari Minggu kemarin, Trump terus menekan Beijing untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan mengancam akan meningkatkan tarif impor produk China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% dari sebelumnya 10% pada hari Jumat.
Trump juga membuka kemungkinan memperpanjang bea masuk 25% terhadap produk impor senilai US$ 325 miliar.
Ekonom Senior Maybank Kim Eng Research Pte, Chua Hak Bin mengatakan, pernyataan Trump tersebut mengindikasikan risiko perang dagang kian meningkat. "Ancaman Trump mungkin menjadi bumerang karena China tidak akan mau bernegosiasi dengan pistol yang mengarah ke kepala mereka," ujar Chua di Singapura.
Mata uang China, yuan, turun tajam dalam tiga tahun terakhir dan pasar ekuitasnya bergejolak ketika pasar membatalkan taruhan mereka pada resolusi perang dagang yang membebani perdagangan global dan memaksa perusahaan memikirkan kembali rantai pasokan mereka.
Pembicaraan yang panjang
Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan tiba di Washington pada hari Rabu dengan memboyong sekitar 100 orang delegasi untuk mencapai kesepakatan dagang dalam putaran negosiasi terakhir dengan Gedung Putih.
Kemduian, perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengunjungi Beijing pekan lalu untuk pembicaraan yang mereka anggap produktif.
AS menargetkan pada 10 Mei 2019 pihaknya dapat mengumumkan kesepakatan dagang dengan China. Kemudian kesepakatan itu akan diselesaikan dan ditandatangani Trump dan Presiden Cina Xi Jinping pada pertemuan puncak resmi. Hal itu dikatakan dengan jelas para negosiator kedua belah pihak pekan lalu.
Kedua belah pihak telah terkunci dalam negosiasi intens sejak tahun lalu untuk mencapai kesepakatan agar dapat mengatasi kekhawatiran AS atas surplus perdagangan China, dugaan pencurian kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksa.
Trump dan Xi setuju mencapai gencatan senjata tarif pada 1 Desember 2018 untuk memberikan waktu bagi negosiator senior mereka dakan membuat kesepakatan.
Gencatan senjata membantu menenangkan kekhawatiran investor tentang eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, yang memberlakukan tarif sekitar US$ 360 miliar dari kebaikan satu sama lain tahun lalu.
Namun Tweet terbaru Trump tentang kenaikan tarif menandai pembalikan mendadak sikap Gedung Putih setelah kedua belah pihak mengatakan selama berminggu-minggu bahwa negosiasi berjalan dengan baik.