kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

China: Prospek Reunifikasi Damai dengan Taiwan Terkikis oleh Kekuatan Eksternal


Senin, 03 Juni 2024 / 06:47 WIB
China: Prospek Reunifikasi Damai dengan Taiwan Terkikis oleh Kekuatan Eksternal
ILUSTRASI. Prospek reunifikasi damai dengan Taiwan semakin terkikis oleh separatis Taiwan dan kekuatan eksternal. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Prospek "reunifikasi" damai dengan Taiwan semakin terkikis oleh separatis Taiwan dan kekuatan eksternal.

Pernyataan yang memicu kemarahan pemerintah di Taipei tersebut diungkapkan oleh Menteri Pertahanan China Dong Jun pada Minggu (2/6/2024).  

Melansir Reuters, China memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, meskipun ada penolakan keras dari pemerintah di sana.

Bulan lalu, China melancarkan latihan perang di sekitar pulau itu sebagai bentuk kemarahan atas pelantikan Presiden Lai Ching-te pada 20 Mei 2024, yang oleh Beijing disebut sebagai tokoh “separatis”.

Berbicara pada konferensi Dialog Shangri-La di Singapura, Dong mengatakan Taiwan adalah “inti permasalahan utama” bagi China. Namun Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan secara bertahap melakukan separatisme dan bertekad menghapus identitas China.

“Para separatis tersebut baru-baru ini melontarkan pernyataan fanatik yang menunjukkan pengkhianatan mereka terhadap bangsa China dan nenek moyang mereka. Mereka akan dipakukan pada pilar rasa malu dalam sejarah,” ujarnya.

Baca Juga: Menteri Pertahanan AS Mengalihkan Fokus ke Risiko Konflik ke Tiongkok, China Marah

Setelah pidatonya, Dong ditanyai beberapa pertanyaan oleh para delegasi namun ia tetap fokus pada Taiwan dan harus diminta oleh moderator untuk membahas masalah lainnya.

Dia menuduh kekuatan asing ikut campur dalam masalah dalam negeri dan memperkuat kelompok separatis Taiwan.

Dong menambahkan bahwa meskipun China berkomitmen untuk melakukan reunifikasi secara damai dengan Taiwan, Tentara Pembebasan Rakyat akan tetap menjadi kekuatan yang kuat untuk menegakkan reunifikasi nasional.

“Kami akan mengambil tindakan tegas untuk mengekang kemerdekaan Taiwan dan memastikan rencana seperti itu tidak akan pernah berhasil,” ujarnya. “Kami sangat yakin dengan kemampuan kami untuk menghalangi kemerdekaan Taiwan.”

Baca Juga: China Kecam Keras Penempatan Rudal AS di Filipina

Kantor kepresidenan Taiwan mengatakan China telah salah mengartikan posisi pemerintah Taiwan di forum tersebut, di mana Taiwan tidak diperbolehkan mengirimkan perwakilannya.

“China kurang percaya diri untuk terlibat dalam dialog dengan pemerintah Taiwan, dan pernyataan tidak masuk akalnya tidak dapat memperoleh pengakuan internasional,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.

Dewan Urusan Daratan Taiwan, yang membuat kebijakan mengenai China, mengatakan pihaknya sangat menyesali komentar yang provokatif dan tidak rasional, dan menegaskan kembali bahwa Republik Rakyat China tidak pernah memerintah pulau tersebut.

Tiongkok telah berulang kali mengancam akan menggunakan kekerasan terhadap Taiwan di tingkat internasional, dan ancaman tersebut melanggar piagam PBB.

“Merupakan fakta obyektif bahwa kedua sisi Selat Taiwan tidak saling tunduk, dan itu juga merupakan status quo di selat tersebut,” katanya.

China telah berulang kali marah atas dukungan AS terhadap Taiwan dan penjualan senjata ke pulau tersebut, bahkan ketika tidak ada hubungan diplomatik formal antara Washington dan Taipei.

“Setiap tahun selama tiga tahun, menteri pertahanan baru China datang ke Shangri-La. Dan setiap tahun, mereka menyampaikan pidato yang sangat bertentangan dengan realitas aktivitas pemaksaan PLA di seluruh wilayah. Tahun ini pun demikian,” kata seorang pejabat AS.

Dong menyebut penjualan senjata AS sebagai ujian terhadap “garis merah” China.

“Mereka menjual banyak senjata ke Taiwan. Perilaku seperti ini mengirimkan sinyal yang sangat salah kepada pasukan kemerdekaan Taiwan dan membuat mereka menjadi sangat agresif. Saya pikir kita sudah jelas bahwa tujuan sebenarnya kekuatan asing adalah menggunakan Taiwan untuk membendung China," kata Dong. 

Baca Juga: Taiwan Tuding China Gerogoti Wilayahnya dengan Ciptakan Keadaan Normal Baru

Andrew Yang, menurut mantan menteri pertahanan Taiwan, Beijing mengatakan pihaknya akan mengupayakan “reunifikasi” dengan memenangkan hati dan pikiran masyarakat Taiwan. Namun perbuatan mereka belum sesuai dengan kata-kata mereka. 

"Sebaliknya, Beijing mengambil keputusan besar dan bersikap konfrontatif dan kontradiktif," katanya.

Yang berharap AS akan menepati jadwal penjualan senjatanya ke Taiwan sehingga pulau tersebut dapat meningkatkan pertahanan diri.

Taiwan selama dua tahun terakhir mengeluhkan keterlambatan pengiriman senjata AS, seperti rudal anti-pesawat Stinger, karena produsennya memasok Ukraina untuk mendukungnya dalam perang melawan Rusia.

Presiden Taiwan, Lai, telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing, namun ditolak. Dia mengatakan hanya rakyat Taiwan yang bisa menentukan masa depan mereka.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×