Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mendapat dukungan publik
Penerbitan video tersebut merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas oleh Tiongkok untuk menunjukkan kekuatan baik di dalam maupun luar negeri.
Video Kementerian Luar Negeri—yang menampilkan teks terjemahan dwibahasa dan gambar patriotik, menyatakan bahwa Tiongkok tidak akan terintimidasi dan berjanji untuk tetap teguh, tidak peduli berapa pun biaya ekonominya.
Video tersebut merupakan sinyal bagi publik Tiongkok maupun bagi komunitas internasional.
Menurut laporan dari Bloomberg, sentimen nasionalis yang meningkat di Tiongkok menguntungkan Presiden Xi Jinping, yang telah menggunakan sengketa perdagangan untuk menggalang dukungan domestik dan memperkuat narasi ketahanan Partai Komunis.
Para analis berpendapat bahwa alih-alih melemahkan tekad Beijing, kampanye tarif pemerintahan Trump mungkin justru memperkerasnya.
Nada video tersebut, yang menggemakan bahasa yang digunakan pada pertemuan puncak BRICS, membingkai Tiongkok sebagai aktor berprinsip yang menentang unilateralisme dan pemaksaan—pesan yang mungkin akan diterima oleh warga negara dan pemerintah yang bersimpati.
Baca Juga: Xi Jinping Bantah Telepon Donald Trump untuk Bicarakan Tarif
Meskipun bersikap tegas, Beijing tidak mengabaikan dampak ekonomi dari sengketa tersebut. Hampir sepertiga pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun lalu berasal dari ekspor, yang banyak di antaranya kini terancam oleh tarif Amerika.
Pada hari Senin, pejabat Tiongkok menjanjikan dukungan bagi eksportir yang terdampak, menjanjikan akses yang lebih mudah ke kredit, stimulus yang ditargetkan, dan potensi penurunan suku bunga.
Upaya-upaya ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan pada perdagangan AS dan "mencegah Trump" menjajah ekonomi Tiongkok.
Pemerintah China juga mendorong konsumsi dalam negeri, menjajaki pasar ekspor alternatif, dan memastikan bahwa perusahaan-perusahaan yang rentan, terutama produsen kecil, memiliki perangkat keuangan untuk bertahan dari perang dagang yang berkepanjangan.
Tiongkok juga membantah klaim pejabat AS bahwa diskusi tertutup sedang berlangsung. Sebaliknya, Beijing terus menuntut rasa saling menghormati dan pengaturan ulang mendasar dalam ketentuan keterlibatan sebelum kemajuan nyata dapat dicapai.
Tonton: Nego Tarif Trump, Perusahaan RI Siapkan Investasi US$ 2 Miliar di Amerika
Apakah video ini merupakan peringatan terakhir atau awal dari kampanye yang lebih luas masih belum jelas. Namun pesannya jelas: Tiongkok tidak berniat mundur.