kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.260   -19,00   -0,12%
  • IDX 6.904   3,46   0,05%
  • KOMPAS100 1.002   -1,47   -0,15%
  • LQ45 762   -5,14   -0,67%
  • ISSI 228   0,95   0,42%
  • IDX30 393   -2,78   -0,70%
  • IDXHIDIV20 453   -3,10   -0,68%
  • IDX80 112   -0,45   -0,40%
  • IDXV30 114   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 127   -1,02   -0,80%

China Peringatkan AS: Siap Balas Jika Disingkirkan dari Rantai Pasok Global


Selasa, 08 Juli 2025 / 11:33 WIB
China Peringatkan AS: Siap Balas Jika Disingkirkan dari Rantai Pasok Global
ILUSTRASI. Pemerintah China pada Selasa (8/7) memperingatkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar tidak menghidupkan kembali ketegangan perdagangan dengan menerapkan kembali tarif tinggi pada barang-barang asal China mulai bulan depan. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – BEIJING. Pemerintah China pada Selasa (8/7) memperingatkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar tidak menghidupkan kembali ketegangan perdagangan dengan menerapkan kembali tarif tinggi pada barang-barang asal China mulai bulan depan.

Beijing juga mengancam akan membalas negara-negara yang menjalin kesepakatan dagang dengan AS untuk mengeluarkan China dari rantai pasok global.

Pada Juni lalu, Washington dan Beijing mencapai kesepakatan kerangka perdagangan yang memulihkan gencatan senjata rapuh dalam perang dagang mereka.

Baca Juga: Won Korsel dan Baht Thailand Menguat, Pasar Sambut Peluang Negosiasi Tarif dengan AS

Namun, karena masih banyak detail kesepakatan yang belum jelas, pelaku pasar dan investor di kedua belah pihak kini mencermati apakah kesepakatan itu akan gagal atau berkembang menjadi détente yang langgeng.

Pada Senin (7/7), Presiden Trump mulai mengirim surat resmi kepada mitra dagang utama, memberitahu bahwa tarif AS yang jauh lebih tinggi akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus 2025.

Sebelumnya, Trump sempat menunda seluruh tarif di atas 10% pada April untuk memberikan waktu negosiasi kepada negara-negara mitra.

China, yang sebelumnya dikenai tarif lebih dari 100%, kini memiliki tenggat hingga 12 Agustus untuk mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih guna menghindari kembalinya tarif impor tambahan yang sebelumnya diberlakukan dalam perang dagang bolak-balik pada April dan Mei.

“Kesimpulan yang sangat jelas: dialog dan kerja sama adalah satu-satunya jalan yang benar,” tulis harian People’s Daily dalam sebuah tajuk rencana resmi.

Baca Juga: China Perluas Akses Investor Domestik ke Obligasi Luar Negeri Lewat Bond Connect

Artikel tersebut ditandatangani oleh “Zhong Sheng” atau “Suara China”, istilah yang digunakan koran itu untuk mewakili pandangan resmi kebijakan luar negeri Partai Komunis China.

Mengulangi posisi Beijing bahwa tarif Trump adalah bentuk “perundungan”, artikel itu menambahkan, “Praktik telah membuktikan bahwa hanya dengan berpegang teguh pada prinsip, seseorang benar-benar bisa melindungi hak dan kepentingannya yang sah.”

Pernyataan itu memperjelas potensi pecahnya babak baru perang tarif apabila Trump bersikeras pada apa yang disebut koran itu sebagai “tenggat waktu akhir yang dibuat-buat.”

Menurut Peterson Institute for International Economics, rata-rata tarif AS atas ekspor China saat ini telah mencapai 51,1%.

Sementara tarif rata-rata China terhadap produk AS berada di 32,6%. Kedua negara telah memberlakukan tarif hampir atas seluruh perdagangan dua arah mereka.

Baca Juga: Malaysia Lanjutkan Negosiasi Dagang dengan AS Terkait Tarif 25%

People’s Daily juga menyindir negara-negara di kawasan yang mempertimbangkan kesepakatan perdagangan dengan AS yang berpotensi mengeluarkan China dari rantai pasokan mereka.

Pekan lalu, Vietnam berhasil memperoleh pengurangan tarif menjadi 20% dari sebelumnya 46% setelah menyepakati bahwa barang-barang transshipment (yang biasanya berasal dari China) akan tetap dikenai tarif 40%.

“China menentang keras pihak manapun yang mencapai kesepakatan dengan mengorbankan kepentingan China demi mendapatkan konsesi tarif dari AS,” tegas artikel tersebut.

“Jika situasi seperti itu terjadi, China tidak akan menerimanya dan akan merespons dengan tegas demi melindungi kepentingannya yang sah,” tutupnya.

Selanjutnya: 3 Perusahaan Pembiayaan Belum Penuhi Kewajiban Ekuitas Minimum Rp 100 Miliar

Menarik Dibaca: Resep Ayam Kuluyuk Krispi Ala Resto yang Enak dan Gampang, Cocok untuk Menu Spesial




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×