kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.546.000   5.000   0,32%
  • USD/IDR 16.230   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.065   -15,76   -0,22%
  • KOMPAS100 1.047   -0,56   -0,05%
  • LQ45 821   -0,42   -0,05%
  • ISSI 210   -0,21   -0,10%
  • IDX30 422   -0,40   -0,10%
  • IDXHIDIV20 504   -0,41   -0,08%
  • IDX80 120   -0,22   -0,18%
  • IDXV30 123   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   -0,22   -0,16%

China dan AS Berkelahi, Pebisnis Eropa Menjadi Korban


Kamis, 09 Januari 2025 / 22:54 WIB
China dan AS Berkelahi, Pebisnis Eropa Menjadi Korban
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A trader looks at computer screens as another one talks on his mobile phone at the Madrid Stock Exchange September 11, 2014. REUTERS/Andrea Comas/File Photo


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) ternyata berefek negatif bagi banyak perusahaan asal Eropa. Kondisi ini terungkap dalam survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang dan Industri Uni Eropa di China. 

Menurut perkumpulan pengusaha asal Eropa tersebut, sejumlah perusahaan Eropa terpaksa menutup operasional di China. Akibatnya, perusahaan-perusahaan ini kehilangan efisiensi dan keunggulan global.

Maklum saja, banyak perusahaan di Eropa sebelum ini berinvestasi cukup besar di Tiongkok. Maklum, negara yang ngetop dengan tembok besar China ini menerapkan aturan yang membuat pengusaha asing harus memproduksi secara lokal agar operasional agar kinerja efisien.

Baca Juga: Pemerintah Dorong Swasta Garap Infrastruktur, Ini Kata Gapensi

Alhasil, perusahaan biasanya memisahkan unit usaha yang beroperasi di China, atau istilah bekennya siloing. Ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan regulator di China dan diakui sebagai pemasok lokal terpercaya.

Di antaranya banyak perusahaan Eropa yang 30% atau lebih penjualan globalnya berasal dari China, 86% di antaranya telah melokalkan rantai pasoknya secara signifikan.

"Sejumlah anggota Kadin Eropa telah melakukan investasi cukup besar dalam proses tersebut, sampai-sampai mereka jadi lebih mirip perusahaan China, kecuali namanya," kata pihak Kadin Eropa mengomentari hasil survei yang dipublikasikan Kamis (9/1), seperti dikutip Bloomberg.

Selain melokalkan rantai pasok, perusahaan Eropa tersebut juga menggunakan tenaga kerja lokal, pengadaan barang lokal hingga tenaga penjual lokal. Perusahaan Eropa juga memisahkan riset dan pengembangan, data hingga teknologi informasi.

Baca Juga: Xpeng G7 Siap Jadi Penantang Tangguh Tesla Model Y, Berapa Harganya?

Kini, perusahaan-perusahaan tersebut menghadapi ketidakpastian seiring kembalinya Donald Trump jadi Presiden AS. Apalagi, ekonomi China belum pulih dan persaingan dengan produsen lokal China semakin ketat.

Perusahaan Eropa juga kehilangan banyak peluang bisnis akibat perkembangan geopolitik tersebut.
 

Selanjutnya: Harga Pangan Kalteng : Kedelai, Cabai dan Ikan Naik, Kamis (9/1)

Menarik Dibaca: Harga Bitcoin Anjlok, Robert Kiyosaki Lakukan Hal Ini



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×