Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Dalam langkah berani yang menggarisbawahi meningkatnya ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia, China telah merilis video resmi pemerintah yang mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan bertekuk lutut pada ancaman tarif Amerika Serikat.
Pesan dramatis itu muncul saat pemerintahan Trump memperlunak bahasanya tentang tarif, tetapi terus mendorong langkah-langkah perdagangan yang agresif. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan kebuntuan geopolitik yang berlangsung lama.
Mengutip Yahoo Finance, meskipun ada perubahan nada baru-baru ini dari Washington, Beijing telah menanggapi dengan retorika yang tak kenal kompromi dan perlawanan tegas, baik secara diplomatis maupun ekonomi.
Dengan semakin dekatnya pemilihan umum di AS dan meningkatnya tekanan ekonomi di Tiongkok, tampaknya tidak ada pihak yang bersedia mengambil langkah pertama menuju de-eskalasi.
Baca Juga: Tarif Otomotif Trump: Solusi Setengah Hati yang Bikin Industri Semakin Terpuruk
Tiongkok menolak diplomasi dengan syarat AS
Sementara AS bersikeras langkah selanjutnya ada di tangan Tiongkok, pejabat Tiongkok telah menolak segala anggapan bahwa pembicaraan sedang berlangsung atau bahkan mungkin dilakukan dalam kondisi saat ini.
Beijing telah menegaskan bahwa negosiasi tidak akan dilanjutkan kecuali semua tarif yang ada dihapuskan dan kedua negara terlibat dengan syarat yang sama.
Pada pertemuan BRICS di Brasil, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menuduh Amerika Serikat menggunakan perdagangan sebagai senjata.
"AS, yang telah lama mendapat manfaat besar dari perdagangan bebas, kini melangkah lebih jauh dengan menggunakan tarif sebagai alat tawar-menawar untuk menuntut harga selangit dari semua negara," kata Wang.
Dia menambahkan, "Jika seseorang memilih untuk tetap diam, berkompromi, dan takut, itu hanya akan membuat si penindas semakin ingin menguji peruntungannya."
Baca Juga: Baru Terpilih, PM Kanada Langsung Serang Trump dengan Sindiran Pedas!
Ia mendesak sesama negara pasar berkembang untuk menolak apa yang ia gambarkan sebagai "intimidasi ekonomi", dan memperingatkan bahwa peredaan hanya akan membuat Washington semakin berani.
Mendapat dukungan publik
Penerbitan video tersebut merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas oleh Tiongkok untuk menunjukkan kekuatan baik di dalam maupun luar negeri.
Video Kementerian Luar Negeri—yang menampilkan teks terjemahan dwibahasa dan gambar patriotik, menyatakan bahwa Tiongkok tidak akan terintimidasi dan berjanji untuk tetap teguh, tidak peduli berapa pun biaya ekonominya.
Video tersebut merupakan sinyal bagi publik Tiongkok maupun bagi komunitas internasional.
Menurut laporan dari Bloomberg, sentimen nasionalis yang meningkat di Tiongkok menguntungkan Presiden Xi Jinping, yang telah menggunakan sengketa perdagangan untuk menggalang dukungan domestik dan memperkuat narasi ketahanan Partai Komunis.
Para analis berpendapat bahwa alih-alih melemahkan tekad Beijing, kampanye tarif pemerintahan Trump mungkin justru memperkerasnya.
Nada video tersebut, yang menggemakan bahasa yang digunakan pada pertemuan puncak BRICS, membingkai Tiongkok sebagai aktor berprinsip yang menentang unilateralisme dan pemaksaan—pesan yang mungkin akan diterima oleh warga negara dan pemerintah yang bersimpati.
Baca Juga: Xi Jinping Bantah Telepon Donald Trump untuk Bicarakan Tarif
Meskipun bersikap tegas, Beijing tidak mengabaikan dampak ekonomi dari sengketa tersebut. Hampir sepertiga pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun lalu berasal dari ekspor, yang banyak di antaranya kini terancam oleh tarif Amerika.
Pada hari Senin, pejabat Tiongkok menjanjikan dukungan bagi eksportir yang terdampak, menjanjikan akses yang lebih mudah ke kredit, stimulus yang ditargetkan, dan potensi penurunan suku bunga.
Upaya-upaya ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi ketergantungan pada perdagangan AS dan "mencegah Trump" menjajah ekonomi Tiongkok.
Pemerintah China juga mendorong konsumsi dalam negeri, menjajaki pasar ekspor alternatif, dan memastikan bahwa perusahaan-perusahaan yang rentan, terutama produsen kecil, memiliki perangkat keuangan untuk bertahan dari perang dagang yang berkepanjangan.
Tiongkok juga membantah klaim pejabat AS bahwa diskusi tertutup sedang berlangsung. Sebaliknya, Beijing terus menuntut rasa saling menghormati dan pengaturan ulang mendasar dalam ketentuan keterlibatan sebelum kemajuan nyata dapat dicapai.
Tonton: Nego Tarif Trump, Perusahaan RI Siapkan Investasi US$ 2 Miliar di Amerika
Apakah video ini merupakan peringatan terakhir atau awal dari kampanye yang lebih luas masih belum jelas. Namun pesannya jelas: Tiongkok tidak berniat mundur.