Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan dagang milik negara China, COFCO, dilaporkan membeli hingga sembilan kargo canola dari Australia, masing-masing berkapasitas 60.000 ton.
Total pembelian mencapai sekitar 540.000 ton, setara dengan 8% dari total impor canola China pada 2024, menurut tiga sumber perdagangan yang dikutip Reuters.
Seluruh pengiriman dijadwalkan memuat antara November 2025 hingga Januari 2026. Salah satu kargo telah lebih dulu diberitakan Reuters pada bulan lalu.
“Ini operasi pembelian yang khas oleh perusahaan China. Mereka masuk diam-diam dan langsung membeli sembilan kargo dari sejumlah pedagang besar Australia,” ujar seorang broker produk pertanian berbasis di Australia.
Dampak Tarif Anti-Dumping ke Kanada
Langkah ini diambil setelah Beijing pada Agustus 2025 memberlakukan bea masuk sementara sebesar 75,8% terhadap impor canola dari Kanada. Kebijakan tersebut praktis menghentikan hampir seluruh arus perdagangan, di tengah memburuknya hubungan diplomatik dan dagang antara Beijing–Ottawa.
Baca Juga: China Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan Meski The Fed Longgarkan Kebijakan Moneternya
Padahal, Kanada selama bertahun-tahun menjadi pemasok utama canola ke China. Menurut data bea cukai, China mengimpor 6,4 juta ton canola senilai $3,4 miliar pada 2024, hampir seluruhnya dari Kanada.
Australia Jadi Alternatif, Tapi Kapasitas Terbatas
Australia merupakan eksportir canola terbesar kedua di dunia setelah Kanada. Namun, kapasitas produksinya lebih kecil sehingga diperkirakan kesulitan menandingi volume pasokan dari Kanada.
China sebelumnya melarang canola Australia sejak 2020 dengan alasan aturan biosekuriti untuk mencegah penyebaran penyakit jamur tanaman. Baru pada Juli 2025, Reuters melaporkan bahwa Canberra dan Beijing hampir mencapai kesepakatan yang membuka jalan bagi lima kargo uji coba.
Pentingnya Canola bagi Pasar China
Canola (atau rapeseed) memiliki nilai strategis karena dapat diolah menjadi minyak goreng dan produk pangan lainnya. Sementara itu, bungkil canola yang tersisa dari proses pengolahan dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Baca Juga: Trump dan Xi Jinping Bahas Kesepakatan TikTok di Tengah Tegangan Dagang AS–China
Dengan statusnya sebagai importir canola terbesar dunia, kebutuhan China akan pasokan yang stabil menjadi sangat krusial, terutama di tengah ketidakpastian pasokan dari Kanada.
Sengketa Dagang Masih Berlanjut
Awal September 2025, China memperpanjang investigasi anti-dumping terhadap impor canola Kanada hingga 9 Maret 2026. Keputusan akhir dapat berupa mempertahankan tarif, mengubah besaran bea masuk, atau mencabutnya sama sekali.
Langkah pembelian besar-besaran dari Australia ini menunjukkan bahwa Beijing tengah memanfaatkan diversifikasi sumber pasokan sambil menunggu hasil negosiasi yang alot dengan Kanada.