Sumber: Al Jazeera | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - KYIV. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuding Rusia memanfaatkan wilayah Belarus untuk melancarkan serangan dan menghindari sistem pertahanan udara Ukraina. Ia menyebut langkah tersebut tidak hanya mengancam Ukraina, tetapi juga membahayakan kedaulatan Belarus.
Melalui pesan di Telegram pada Jumat, Zelenskyy mengatakan intelijen Ukraina menemukan Rusia menempatkan peralatan militer pada pemukiman di dekat perbatasan, termasuk di atap gedung-gedung apartemen warga sipil di Belarus.
Peralatan tersebut, seperti antena dan sistem pendukung lainnya, diduga membantu mengarahkan drone Shahed yang menyerang wilayah Ukraina bagian barat.
Baca Juga: Drone Rusia Gempur Ibukota Ukraina Kyiv, Tiga Warga Terluka dan Kebakaran Meluas
“Ini adalah bentuk pengabaian total terhadap keselamatan warga sipil. Belarus seharusnya menghentikan permainan berbahaya ini,” kata Zelenskyy.
Ia menambahkan, Rusia berupaya menghindari posisi pencegat Ukraina dengan memanfaatkan wilayah negara tetangga.
Kementerian pertahanan Rusia dan Belarus belum memberikan komentar terkait tudingan tersebut.
Rudal Hipersonik Rusia di Belarus
Tuduhan Zelenskyy muncul di tengah laporan intelijen bahwa Rusia kemungkinan telah menempatkan rudal balistik hipersonik Oreshnik yang berkemampuan nuklir di bekas pangkalan udara Krichev, Belarus bagian timur.
Temuan ini diungkap dua peneliti dari Amerika Serikat melalui analisis citra satelit yang diperoleh Reuters.
Rudal Oreshnik memiliki jangkauan hingga 5.500 km dan sebelumnya digambarkan Presiden Vladimir Putin sebagai senjata yang nyaris mustahil dicegat.
Baca Juga: Zelenskiy Mengklaim Serangan Rusia di Wilayah Ukraina Berhasil Digagalkan
Presiden Belarus Alexander Lukashenko sudah mengakui kehadiran sistem persenjataan tersebut di wilayahnya, meski tidak menjelaskan lokasi pastinya.
Menteri Pertahanan Belarus Viktor Khrenin menyatakan penempatan rudal itu merupakan “respons kami” terhadap apa yang disebutnya sebagai tindakan agresif Barat, dan tidak akan mengubah keseimbangan kekuatan di Eropa.
Sementara itu, ibu kota Ukraina, Kyiv, kembali menjadi target serangan besar Rusia pada Sabtu dini hari. Militer Ukraina melaporkan penggunaan rudal jelajah dan balistik dalam serangan tersebut.
Pada Minggu, Zelenskyy dijadwalkan bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membahas finalisasi rencana gencatan senjata antara Moskow dan Kyiv.
Baca Juga: Kim Jong Un Nyatakan Dukung Tanpa Syarat terhadap Rusia dalam Konflik Ukraina
Dalam wawancara dengan Axios, Zelenskyy menyatakan siap menggelar referendum atas proposal perdamaian 20 poin dari Washington, dengan syarat Rusia menyetujui gencatan senjata 60 hari untuk memberikan waktu pelaksanaan pemungutan suara.













