kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.480   -25,75   -0,34%
  • KOMPAS100 1.154   -2,95   -0,26%
  • LQ45 913   0,81   0,09%
  • ISSI 227   -1,59   -0,70%
  • IDX30 471   1,26   0,27%
  • IDXHIDIV20 567   3,73   0,66%
  • IDX80 132   -0,15   -0,11%
  • IDXV30 139   -0,18   -0,13%
  • IDXQ30 157   0,79   0,50%

China versus Taiwan makin panas, pengamat: Ini mengkhawatirkan, apa pun bisa terjadi


Selasa, 30 Juni 2020 / 10:30 WIB
China versus Taiwan makin panas, pengamat: Ini mengkhawatirkan, apa pun bisa terjadi
ILUSTRASI. Ilustrasi pesawat pembom H-6 Angkatan Udara China PLA terbang dekat Pesawat Tempur F-16 Taiwan pada foto selebaran 10 Februari 2020.


Sumber: South China Morning Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Pertikaian dengan China yang semakin memanas dengan Taiwan menimbulkan pertanyaan di benak banyak pihak. Yakni, apakah Amerika benar-benar akan membantu Taiwan jika pulau itu diserang. Seorang mantan pejabat keamanan senior Taiwan memperingatkan agar negara itu waspada dan jangan terlalu banyak berharap.

Dalam insiden terakhir, menurut kementerian pertahanan Jepang, dua pesawat pembom PLA Xian H-6 secara singkat mendekati zona identifikasi pertahanan udara Taiwan dari timur pada hari Minggu setelah terbang dari Laut Cina Timur melalui Selat Miyako antara pulau-pulau Jepang Okinawa dan Miyakojima.

Dengan demikian, itu adalah serangan ke 10 oleh pesawat tempur PLA pada bulan lalu dan merupakan serangan yang ke-16 tahun ini. 

Baca Juga: Amerika kerahkan kapal induk dan pesawat mata-mata di Laut China Selatan

Mengutip South China Morning Post, para pengamat mengatakan keberadaan pesawat China itu dimaksudkan untuk berlatih dan siap menyerang di masa depan. Langkah ini juga mengirim peringatan kepada AS agar tidak mendukung pulau itu.

Menanggapi serangan PLA baru-baru ini, AS juga telah mengirim banyak pesawat tempur, sebagian besar pesawat pengintai melalui wilayah udara Taiwan, termasuk enam pesawat pada hari Senin.

Baca Juga: Selain India, China juga sengketa perbatasan dengan 17 negara, termasuk Indonesia

Inisiatif Probing SCS, sebuah think tank Universitas Peking, mengatakan operasi AS mungkin dimaksudkan untuk memantau aktivitas militer China di Selat Bashi dan Laut China Selatan.

Kementerian pertahanan Taiwan menekankan bahwa mereka memiliki kendali penuh atas pergerakan di udara dan laut di sekitar Taiwan dan meminta masyarakat untuk tetap tenang. 

Akan tetapi, Su Chi, mantan sekretaris jenderal Dewan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan dia prihatin dengan situasi saat ini. "Mengingat ketidakseimbangan militer antara Taiwan dan China, tidak adanya dialog lintas selat dan tidak ada mekanisme (komunikasi efisien) antara AS dan daratan, saya khawatir tentang situasi ini karena apa pun bisa terjadi," kata Su kepada South China Morning Post.

Baca Juga: Taiwan: China lebih baik perangi corona ketimbang ganggu Taiwan lewat latihan militer

Su juga mengatakan dia sangat prihatin dengan tindakan pertahanan Taiwan yang baru-baru ini diusulkan oleh senator Josh Hawley, dengan mengatakan hal itu mungkin memberi harapan palsu kepada otoritas pulau itu tentang kemungkinan AS datang untuk menyelamatkan mereka.

Sebelumnya, Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan, China lebih baik fokus memerangi virus corona baru yang bangkit kembali di Beijing dibanding "mengganggu" Taiwan dengan latihan militer di dekat pulau yang Tiongkok klaim sebagai wilayahnya.

Baca Juga: Taiwan bikin jet latih tempur hadapi ancaman China, ini kekuatan militer keduanya

Menurut militer Taiwan, pesawat tempur dan pembom Angkatan Udara China telah memendekati zona identifikasi pertahanan udara Taiwan setidaknya delapan kali dalam dua minggu terakhir.

"China sangat besar, dan tidak pernah berhenti menggunakan kekuatan untuk berurusan dengan Taiwan. China selalu, dengan epidemi yang begitu serius, mengirim pesawat dan kapal mereka di sekitar Taiwan, benar-benar mengganggu Taiwan," kata Su. Dia menambahkan, Taiwan hanya ingin menjadi kontributor perdamaian regional.

Baca Juga: Kapal China tabrak lagi kapal Vietnam di Laut China Selatan, negara tetangga cemas

"Saat ini, tampaknya gelombang kedua sedang terjadi di Beijing. China, sebagai negara besar, harus meletakkan kekuatan nasionalnya dalam menjaga orang, mengurangi dampak epidemi, dan menjaga perdamaian regional. Itu akan lebih baik," ujarnya Selasa (23/6), seperti dikutip Reuters.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×